Rabu, 24 Oktober 2012

Nasib Bir Pletok Betawi dan EGB Sri Lanka

Tulisan Ketiga




Rasanya manis, hangat dan sedikit pedas. Itulah dia bir pletok, minuman khas orang Betawi. Sejenis bir, tapi tidak memabukkan karena tidak mengandung alkohol.

Dikasih nama bir karena orang Betawi di zaman kolonial ingin gaya-gaya-an bisa minum bir seperti orang kompeni yang saat itu menguasai Batavia, tetapi halal.  Mereka beranggapan, dengan minum bir pletok, akan menambah percaya diri,  karena walau disebut inlander yang bermakna orang kampung, tetapi bisa gaya seperti buitenlander, atau orang asing.

Bir pletok menjadi minuman cukup mewah saat ada pesta, hajatan atau pertemuan. Di meja, biasanya minuman ini terhidang bersama kue basah khas Betawi seperti kue talam, ketan bakar, ongol-ongol dan kue lapis.

Selain gaya-gaya-an, bir pletok yang bahan dasarnya berupa campuran rempah seperti jahe, serai, dan kayu secang ini bermanfaat untuk kesehatan badan, misalnya menghilangkan masuk angin dan melancarkan peredaran darah.  Habis minum bir pletok, badan rasanya seperti baru keluar dari panti pijat. Segar nian...

Sayangnya, meski keberadaanya sudah seratus tahun lebih, namun dari sisi bisnis bir pletok tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Dari zaman Belanda sampai Indonesia merdeka dan kini masuk era pasca reformasi, bir pletok hanya menjadi bisnis rumahan. Diproduksi kecil-kecilan, dan skala bisnisnya tidak tumbuh besar seperti bisnis minuman  soft drink bermerek. Jangankan distribusinya, namanya saja hanya dikenal orang tertentu di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Nasib bir pletok, beda dengan minuman sejenis bermerek Elephant Ginger Beer (EGB) yang lahir di Sri Lanka sejak tahun 1896. Dibuat dari bahan dasar utama yang sama, yakni jahe, EGB diproduksi besar-besaran oleh Ceylon Cold Stores. Soft drink yang sangat popular di Sri Lanka ini menjadi market leader minuman bersoda di Sri Lanka.

Rasa minuman EGB ini nyaris tidak ada bedanya dengan bir pletok, manis, hangat dan sedikit pedas, tetapi distribusinya jauh berbeda. Bila bir pletok hanya bisa ditemukan di kawasan Jakarta dan sekitarnya, EGB bisa ditemukan di restoran-restoran dan rumah makan kelas menengah atas di Sri Lanka. Bahkan EGB sudah diekspor ke negara Asia, Eropa dan Amerika. Bayangkan.

EGB adalah produk lokal yang diproduksi secara fabrikan dengan kualitas ekspor. Bukan lagi kelas UKM. Untuk menghasilkan jahe sebagai bahan dasar EGB, Ceylon Cold Store bekerjasama dengan asosiasi petani jahe yang di dalamnya terdapat sekitar 250 petani di Hatharaliyaddha di distrik Kandy. Harga jahe dari petani dibeli dengan harga yang wajar, sehingga petani dan pengusaha sama-sama untung. 

Itulah salah satu rahasia mengapa EGB bisa maju. Coba bandingkan dengan produksi bir pletok yang masih sporadis dan lokal serta dibangun sebagai bisnis kelas rumahan. 

Karena itu meski rasanya sama, bahan dasarnya sama, dan usianya juga nyaris sama, nasib bir pletok beda dengan EGB. EGB lebih baik dari bir pletok.

Nasib....nasib.

Jumat, 21 September 2012

Hujan Berkah di Tanah Sri Lanka

Tulisan Kedua


Apa yang orang lakukan ketika hujan turun di saat kehadirannya tidak diharapkan. Jawabannya beragam. Tetapi cukup banyak orang yang mengumpat dan mencaci maki hujan ketika ia turun ke bumi di waktu yang tidak tepat. Hujan dianggap sebagai pengganggu dan perusak aktivitas.

Padahal di luar itu, hujan yang datang dari langit, turun bersama manfaat buat makhluk hidup di muka bumi. Hujan yang turun membasahi bumi menjadi air minum bagi tumbuhan dan hewan. Ia juga menjadi sumber mata air bagi proses keberlangsungan hidup manusia di bumi.

Ketika saya dan rombongan dari LLP-KUKM sampai di wisma KBRI di Kolombo, pukul 7 malam waktu setempat, hujan turun dengan deras. Pihak KBRI yang terdiri dari diplomat dan staf lokal merasa bersyukur. Kata mereka, itu adalah hari pertama hujan turun di Sri Lanka setelah negeri itu tidak didatangi hujan sejak akhir tahun 2011. Negara pulau itu sudah 10 bulan tidak dihampiri hujan deras.

Kata mereka, kami datang ke Kolombo bersama turunnya hujan dan keberkahan buat masyarakat Sri Lanka. Wah luar biasa...

Negara yang penduduknya mayoritas beragama Budha itu, sangat bergantung pada sektor pertanian dan agro industri. Dari sekitar 20 juta penduduk Sri Lanka, 72 persen tinggal di pedesaan, dan 80 persen dari mereka terlibat dalam sektor pertanian. Ketika musim hujan tidak datang, itu berarti bencana besar buat kehidupan mereka.

Bidang pertanian telah menjadi sektor utama bagi perkembangan perekonomian Sri Lanka dengan kontribusi sebesar 16,7% dari total ekspor, dan menggerakkan lapangan kerja sekitar 32%. Produk ekspor unggulan mereka adalah teh, karet, dan rempah-rempah yang bisa tumbuh dengan baik bila didukung cuaca yang kondusif. Teh Dilmah adalah salah satu produk teh dari Sri Lanka yang mereknya sudah melegenda.

Berkaitan dengan tidak turunnya hujan, Menteri Listrik dan Enerji Sri Lanka, Champika Ranawaka  menyatakan kepada wartawan bahwa jika hujan tidak turun di bulan September 2012, pemerintah akan memadamkan listrik secara bergilir. Karena musim hujan yang tidak datang pada tahun 2012 telah menyebabkan sejumlah penampungan air untuk tenaga listrik dan pertanian kering-kerontang. 

Akibat tidak turunnya hujan, ribuan kaum petani dan tanah garapannya mengalami kekeringan.  Lebih dari 150.000 acres tanah persawahan di Distrik Anuradhapura, Polonnaruwa, dan Puttalam kering. Keringnya penampungan air di Propinsi North Central, North Western, North dan East  menyebabkan 7.000 acres tanah pertanian terlantar.  Menurunnya sumber-sumber  air di berbagai tempat juga menyebabkan binatang seperti Gajah menyerang sejumlah desa dan merusak pertanian.

Situasi keringnya penampungan air mempengaruhi sejumlah proyek tenaga listrik, hydro power generation mengalami penurunan menjadi 11,8%. Akibat musim hujan yang tidak datang, tahun 2011 pemerintah mengalami kerugian Rs 165 miliar, dan hingga pertengahan tahun 2012 pemerintah rugi Rs 330 miliar. Kerugian tersebut dipergunakan antara lain untuk subsidi listrik sektor konsumen, sektor industri dan tempat keagamaan.

Untuk itu Presiden Mahinda Rajapaksa usai pertemuan mendadak dengan sejumlah Menteri, pejabat-pejabat pemerintah dan petani Juli lalu telah memerintahkan pejabat pemerintah terkait untuk segera memberikan bantuan kepada para petani yang mengalami kerugian akibat tidak turunnya hujan.  Persoalan hujan juga membuat Presiden membentuk  komite spesial yang terdiri dari Kementerian Keuangan dan Perencanaan, Departemen Irigasi, Pelayanan Agraria, Kementerian Pertanian, Kementerian Disaster Management dan Wild Life Departmen untuk menangani persoalan terkait.

Hujan yang turun malam Minggu itu begitu berarti buat masyarakat Sri Lanka. Karena hujan tidak hanya turun di Kolombo, tetapi juga di distrik lain seperti Kendy dan Negombo, dua tempat lainnya yang sempat kami singgahi.

Itulah alasan mengapa kedatangan kami ke Sri Lanka dianggap membawa berkah. Kami tidak hanya melatih UKM Sri Lanka, tetapi kehadiran kami bersamaan dengan turunnya hujan yang ditunggu-tunggu masyarakat di negara tersebut.


Rabu, 12 September 2012

FROM JAKARTA TO KOLOMBO, FROM UKM TO UKM

Tulisan Pertama
 



Waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 14.45, waktu Jakarta. Pesawat Mihin Lanka tujuan Kolombo yang saya duduki bersama 25 orang penumpang lainnya mulai lepas landas di bandara internasional Soekarno Hatta.
Penumpangnya sedikit.  Memang cuma 26 orang yang naik pesawat jurusan Kolombo, Sri Lanka sore itu. Selain karena masih suasana Lebaran, biasanya tidak terlalu banyak penumpang yang naik Mihin Lanka saat itu. Dari 26 orang penumpang, tidak semuanya memiliki tujuan akhir Kolombo, tetapi ada yang sekadar transit di bandara Bandaranaike untuk melanjutkan perjalanan ke negara lain, seperti Dubai.

Mihin Lanka adalah maskapai penerbangan milik Pemerintah Sri Lanka yang melayani rute Jakarta- Kolombo, tanpa transit di Singapura. Maskapai penerbangan ini merupakan maskapai penerbangan bertarif rendah yang lahir tahun 2007. Sebelumnya, Pemerintah Sri Lanka memiliki maskapai penerbangan utamanya, SriLankan Airlines yang sudah beroperasi tahun 1979.

Kelahiran Mihin Lanka terbilang berani, karena muncul di saat negara tersebut sedang mengalami konflik bersenjata dengan gerilyawan Macan Tamil. Salah satu tujuan dari kelahiran Mihin Lanka adalah untuk menarik wisatawan asing datang ke Sri Lanka. Namun karena kondisi dalam negeri yang tidak kondusif, tujuan tersebut belum tercapai. Selama beberapa tahun, di saat konflik berlangsung, Mihin Lanka selalu merugi.

Konflik tersebut berakhir tahun 2009, setelah pemerintah Sri Lanka menumpas gerilyawan dan menembak mati pemimpin Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran dalam sebuah penyerangan yang dilakukan tentara Sri Lanka. Berakhirnya konflik tersebut menjadi berkah bagi Mihin Lanka karena pada tahun 2009 maskapai ini mulai menggeliat, dan berhasil meraup pendapatan sebesar 1,5 juta dolar AS.

Keamanan dalam negeri yang kondusif membuat Mihin Lanka, melakukan inovasi dalam pengembangan usaha.  Sejak tahun 2010 perusahaan penerbangan ini mulai berekspansi, salah satunya membuka jalur penerbangan langsung Jakarta Kolombo.

Indonesia merupakan pasar yang basah. Mihin Lanka bukan hanya membidik para wisatawan dari Indonesia yang datang ke Sri Lanka, tetapi juga tenaga kerja asing dari berbagai negara termasuk Indonesia yang kerap singgah di Kolombo untuk berganti penerbangan. Mihin Lanka yang memosisikan diri sebagai maskapai penerbangan bertarif rendah dengan melayani rute Jakarta Kolombo empat kali selama satu minggu siap bersaing dengan perusahaan penerbangan asing lainnya, seperti Air Asia.

Keseriusan Mihin Lanka beroperasi di Indonesia juga terlihat dari para kru pesawat yang dilatih berbahasa Indonesia. Meski komunikasi dalam pesawat tersebut dilakukan dalam bahasa Inggris dan Sinhala (bahasa ibu Sri Lanka), namun para pramugari dan kru pesawat sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia. Mereka belajar bahasa Indonesia dari tim pengajar yang difasilitasi Kedubes RI di Kolombo.

Jadi jangan ragu, kalau kita mau tambah air putih atau jus kemasan, tinggal bilang saja kepada pramugari yang memakai Sari dalam bahasa Indonesia. Mereka paham kok.

Jalur KBRI Sri Lanka
Saya berangkat ke Sri Lanka tidak sendiri. Dalam pesawat, saya bersama satu orang manager dari LLP-KUKM dan dua orang pengrajin dari Yogyakarta, yaitu Pak Priyana dan Ibu Haryanti. Pak Priyana adalah pengrajin tas dan peralatan rumah tangga dari eceng gondok. Sementara Ibu Haryanti adalah pengrajin peralatan rumah tangga dengan bahan dasar batok kelapa.

Kami berempat datang ke negeri berlambang Macan itu karena undangan Kedutaan Besar RI di Sri Lanka dan Chamber of National Handicraft of Srilanka. Kedua lembaga itu meminta LLP-KUKM untuk memberikan training kepada UKM Sri Lanka mengenai kerajinan Indonesia. Karena itulah Pak Priyana dan Ibu Haryanti turut hadir bersama kami dalam perjalanan itu.

Delegasi Chamber of National Handicraft of Srilanka yang pernah datang ke SME Tower tahun 2011 meminta bantuan LLP-KUKM melalui KBRI Sri Lanka untuk melatih kerajinan Indonesia kepada UKM Sri Lanka.  Ide pelatihan tersebut kemudian difasilitasi Bapak Albert Abdi, Kuasa Usaha Ad Interm Kedutaan Besar RI di Sri Lanka. 

Pak Albert Abdi yang sudah memiliki jaringan luas dengan para pelaku bisnis dan UKM di Sri Lanka berupaya semakin mendekatkan hubungan bilateral RI dengan Sri Lanka, dari sisi pengembangan ekonomi kedua negara. Pelatihan itu sendiri merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia -- Sri Lanka dan HUT Kemerdekaan RI ke-67 yang jatuh pada bulan Agustus 2012.

Perjalanan udara selama 4 jam cukup membosankan. Selain makan dan minum, perjalanan panjang itu saya isi dengan membaca majalah dan tidur.  Pukul 17.10 waktu Sri Lanka, pesawat tiba di bandara Bandaranaike Kolombo. Karena disambut dan didampingi Pak Albert Abdi dan Staf yang saat itu menjabat pelaksana tugas Dubes RI di Sri Lanka, pemeriksaan di bagian imigrasi bandara berjalan lancar dan cepat. Kami lewat jalur khusus.

Rombongan akhirnya menuju Wisma Kedubes RI di jalan Kolombo 7, untuk rehat sebentar dan bersih-bersih sebelum melakukan aktivitas berikutnya, yakni makan malam dan melihat keindahan malam Kota Kolombo yang eksotis. Sebelum tidur, kami sempat membahas rencana kerja selama satu Minggu di Sri Lanka. Selain meeting dan training, dalam rencana kerja tersebut ada kunjungan ke tempat wisata dan city tour. (Bersambung)

Kamis, 16 Agustus 2012

Dari UKM Menuju Perusahaan Kelas Dunia


Tokoh pemasaran dunia Philip Kotler ketika mengunjungi Indonesia tahun 2009 dalam seminar sehari di Jakarta bependapat, bahwa kondisi chaos merupakan suatu normalitas yang baru.  Untuk itu pemasar harus dapat menerima dan memahami lingkungan bisnis yang begitu dinamis dengan perubahan yang sangat cepat dan sulit ditebak. Pemasar saat ini sedang berjalan dalam kondisi chaos yang berkelanjutan, yang kemudian dikenal dengan kondisi normalitas baru.

Saat itu ia membahas bagaimana krisis perekonomian di banyak negara mengakibatkan lingkungan bisnis menjadi sangat turbulen. Banyak sekali perusahaan yang saat itu dianggap sudah menjadi kelas dunia namun kemudian berjalan tertatih-tatih atau gulung tikar karena goncangan yang luar biasa. Sebagaimana diketahui bahwa kondisi perekonomian di Eropa dan Amerika Serikat ketika itu sangat mengkhawatirkan.  Bahkan pada 2008 sebagian besar negara maju mengalami krisis.  Beruntung Indonesia tetap dapat tumbuh perekonomiannya sekitar 2-3%.

Namun begitu, krisis bukan menjadi hambatan untuk tetap eksis dan berkembang. Dalai Lama mengatakan, saat-saat yang mudah adalah musuh utama karena membuat kita tertidur. Sedangkan masa yang sulit merupakan teman, karena ia membangunkan kita untuk selalu waspada.

Karena itu—masih menurut Philip Kotler pada saat kedatangannya kembali ke Jakarta pada tahun 2011—untuk tetap eksis dan berkembang di masa sulit, perusahaan harus  membuang produk, segmen dan area geografis yang tidak menguntungkan. Kemudian, perusahaan harus selektif melupakan masa lalu dengan memfokuskan upaya pada produk-produk baru, mencari berbagai celah kesempatan, dan mengeksploitasi perubahan-perubahan yang bersifat tidak linier. Terakhir, perusahaan harus  menciptakan masa depan dengan mengembangkan suatu strategic goal baru yang dapat memberi motivasi, dan tantangan.

Lalu dimanakah posisi Indonesia di era normalitas baru seperti sekarang ini?

Indonesia saat ini semakin cantik terlepas dari sejumlah kekurangan yang ada, seperti masalah law enforcement yang lemah. Menurut IMF, antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di antara 18 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan proyeksi pertumbuhan GDP nominal sebesar 12.8%.  Angka itu di atas Cina (12.5%), India (11.8%) serta jauh di atas Korea Selatan (8.7%), Jepang (4.3%), dan Amerika Serikat (4.2%).  Masih menurut IMF, di masa mendatang Indonesia diperkirakan akan semakin mendominasi perekonomian ASEAN dan akan mulai menyalip pasar Eropa.

Berdasarkan hal tersebut maka sudah saatnya bagi perusahaan-perusahaan Indonesia menjadi perusahaan berkelas dunia. Untuk menjadi perusahaan kelas dunia dapat dilakukan antara lain dengan dua cara. Pertama, perusahaan harus dapat memenuhi standar tertinggi di mana pun perusahaan beroperasi agar dapat berkompetisi. Kedua, semakin diperlukannya orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi yang dapat berkarya di luar batasan negara.

Menjadi perusahaan kelas dunia memberikan sejumlah pilihan untuk menentukan pasar mana yang akan dituju, yakni pasar lokal, regional atau global. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa merupakan pasar lokal yang sangat menjanjikan. Cukup banyak perusahaan mancanegara yang masuk ke Indonesia karena besarnya pasar di tanah air ini.

Pertamina, Bank Mandiri adalah perusahaan nasional yang sukses menggarap pasar lokal. Perusahaan ini pula siap bersaing di pasar global sebagai perusahaan yang memiliki standar kelas dunia. Mereka tidak hanya sukses bersaing dengan perusahaan lokal di dalam negeri, tetapi juga siap juga berkompetisi dengan perusahaan asing di mancanegara.

Inovasi dan Desain Ulang

Jika perusahaan milik negara kelas kakap berhasil menjadi perusahaan yang world class, apakah Usaha Kecil dan Menengah atau UKM Indonesia bisa seperti perusahaan-perusahaan plat merah tersebut.

Jawabannya tentu saja bisa. Pemerintah sangat mendukung UKM Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negara sendiri dan siap menjadi penantang utama pebisnis dunia di tingkat global. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikan UKM Indonesia menjadi perusahaan yang going world class.

Bekerjasama dengan pihak swasta maupun swakelola, Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) KUKM melatih para pelaku UKM di tanah air agar produk-produk mereka bisa bersaing di tingkat nasional maupun mancanegara. Berbagai pelatihan diberikan kepada pelaku UKM seperti pelatihan packaging, pelatihan branding dan marketing.

Produk-produk mereka yang sudah memiliki kemasan menarik, unik dan lulus uji kualitas mutu, kemudian diberi kesempatan didisplay di UKM Gallery SME Tower Jakarta. Di tempat tersebut bukan hanya konsumen lokal yang datang untuk membeli tetapi juga turis mancanegara dan para ekspatriat.

Bukan hanya itu, LLP-KUKM juga mengajak para UKM binaan untuk menggarap pasar ekspor. Untuk itu, LLP-KUKM mencari produk yang pas dan cocok untuk pasar mancanegara dan kemudian di-redesain sesuai dengan pasar yang dituju. Karena, desain keranjang unik untuk pasar Eropa misalnya berbeda dengan pasar Amerika.  Inovasi menjadi kata kunci bagi produk UKM agar bisa diterima pasar ekspor.

Bekerja sama dengan konsultan managemen ekspor LLP-KUKM memilih dan membuat produk kelas ekspor, menggelar pameran dan mencari buyer di luar negeri, serta membantu administrasi ekspor. LLP-KUKM berperan sebagai jembatan antara UKM di tanah air dengan pembeli dari luar negeri. Alhasil, ketika mengikuti pameran dagang di Hong Kong akhir April lalu, sejumlah pesanan dari buyer di luar negeri datang ke LLP-KUKM. Sebagian besar pesanan mereka sudah diproduksi dan siap dikirim ke pada pembeli di luar negeri.

Melihat begitu bagusnya penerimaan pasar luar negeri terhadap produk UKM Indonesia, maka kembali pada akhir Agustus 2012 LLP-KUKM mengajak UKM binaannya untuk pameran dagang di Frankfurt Jerman. Kami berharap tanggapan para calon buyer di Frankfurt sama antusiasnya seperti buyer di Hong Kong.

Di tahun-tahun mendatang, kami siap mengajak UKM Indonesia merambah pasar mancanegara. Dan semoga upaya yang kami lakukan agar UKM Indonesia menjadi perusahaan kelas dunia bisa berjalan sesuai rencana.

Aamiin...

Rabu, 18 Juli 2012

Membangun UKM Indonesia menjadi Brand Dunia




Mungkin kita tidak menyadari, bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan dunia awalnya dibangun oleh para pelaku UKM alias Usaha Kecil dan Menengah. Dengan semangat kewirausahawan yang tinggi dan pantang menyerah, mereka berhasil membangun usahanya menjadi perusahaan dunia.

Sebut saja tokoh otomotif Henry Ford dan Soichiro Honda. Pendiri Ford dan Honda Motor Company Jepang itu adalah pelaku UKM yang sukses membangun bisnis mulai dari kecil hingga menjadi brand dunia. Jatuh bangun bagi mereka adalah hal biasa. Namun spirit yang terlihat dari mereka adalah pantang mundur dalam mengelola usaha.

Henry Ford yang lahir pada 30 Juli 1863 adalah pelaku UKM Amerika Serikat yang sukses meski hanya tamatan sekolah dasar. Henry yang  menyintai mesin dan kereta, pada tahun 1892 berhasil mengeluarkan mobil pertama di dunia yang dibuat di bengkelnya sendiri di Detroit.

Keberhasilannya itu membuat Henry Ford ditawari pekerjaan di Detroit Edison Company dengan gaji tinggi, namun ia mengundurkan diri karena ingin mengelola usaha sendiri. Ia mengajak beberapa temannya sebagai investor untuk mendirikan pabrik mobil Detroit Auto Mobil Company.

Karena ketidak-cocokan akhirnya kongsi bubar. Pada Maret 1902 Henry Ford mendirikan Ford Motor Company yang dibiayai sendiri. Dengan modal minim dan semangat tinggi, Henry Ford berhasil membangun Ford Motor Company hingga kini. 

Jatuh bangun sudah biasa bagi Henry. Ia tidak mengeluh tetapi terus berjalan dan tidak pernah menyerah. Ia tidak menyangka usahanya yang dibangun dari sebuah bengkel di Detroit dengan modal seadanya, kini menjadi brand dunia. Itulah prilaku pelaku UKM sukses. Pantang menyerah meski menemui tantangan dan hambatan. Selalu saja ada jalan keluarnya.

Kisah yang nyaris sama juga dijalani Soichiro Honda.  Jiwa wirausaha Soichiro tumbuh karena warisan ayahnya yang membuka bengkel reparasi alat pertanian dan sepeda di Dusun Kamyo, Distrik Shizuko, Jepang Tengah. Dalam usia 22 tahun, pada tahun 1928, setelah cukup lama bekerja sebagai karyawan di Tokyo, Honda kembali ke kampung halamannya untuk memulai usaha reparasi mobil dan pembuatan ring pinston.

Bisnisnya tidak berjalan mudah. Perang dan bencana alam membuat Soiciro Honda jatuh bangun dalam berbisnis. Namun ia terus maju, dan pada tahun 1948 Honda memulai produksi sepeda motor di bawah bendera Honda Corporation.  Rekayasa mesin Honda yang bagus dan pemasaran yang cerdas membuat Honda berhasil mengalahkan penjualan sepeda motor merek lain di Jepang. Perusahaan ini pun terus berkembang dan menjadi perusahaan multinasional dengan brand yang mendunia.

Berdasarkan kedua cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegigihan, semangat untuk maju tidak bisa menghalangi pelaku usaha untuk bisa meraih sukses. Padahal  bisnis keduanya berjalan tidak mudah dan lancar. Keduanya menemukan tantangan yang sungguh luar biasa. Namun mereka yang berteman dengan kegagalan itu berhasil  mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.

Semangat UKM Indonesia
Semangat dan daya juang pelaku UKM di tanah air tidak jauh beda dengan Henry Ford dan Soichiro Honda. Itu dibuktikan antara lain ketika krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Ketika perusahaan-perusahaan besar terpuruk, UKM di Indonesia tetap tumbuh. Bahkan UKM inilah yang berperan membangkitkan kembali semangat wirausaha para pelaku bisnis untuk terus berjuang di tengah krisis.

UKM yang bergerak di berbagai kegiatan ekonomi, kini dinilai oleh berbagai pihak sebagai sektor penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh bangsa yakni pengangguran  dan kemiskinan.    Peran UKM yang saat ini tercatat sekitar 55 juta unit usaha dan  tersebar di seluruh Indonesia,  tidak saja diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja, dan mengatasi masalah pengangguran, tetapi sekaligus juga dapat mendorong akselerasi pembangunan daerah.

Lalu dimana peran pemerintah dalam membantu UKM. Akankah UKM kita bisa maju dan berkembang seperti UKM luar negeri yang mampu merambah internasional dan brand yang kuat.

Saat ini tugas pemerintah tidak lagi sekadar membantu tumbuh kembangnya UKM di tanah air, tetapi bagaimana menjadikan UKM Indonesia mampu bersaing di pasar global. Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) KUKM yang bertugas memasarkan produk KUKM untuk pasar lokal dan internasional.

Untuk pasar lokal, LLP-KUKM memiliki ruang display produk KUKM di SME Tower, Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Sebuah gedung mewah nan berkelas yang didedikasikan untuk produk-produk berkelas. Produk yang masuk ke LLP-KUKM merupakan produk terbaik yang telah melewati seleksi mutu dan desain. Dengan begitu, mutu produk yang masuk ke SME Tower tidak perlu diragukan lagi.

Tahun ini, LLP-KUKM membantu mereka agar bisa menjual produknya ke pasar Internasional melalui program Pengembangan Produk KUKM Berdaya Saing. Bukan satu atau dua barang, tapi diharapkan mereka bisa menjual produk ke luar negeri minimal satu kontainer. Barang-barang yang akan disiplay dan dijual di pasar luar negeri, disesuaikan dari sisi desain dan kemasan. Untuk itu LLP-KUKM siap membantu mereka.

Pelaku UKM di tanah air memang memiliki jiwa spartan. Berapa pun besar pesanan yang datang akan dilayani. Namun persoalannya, tidak semua UKM  memiliki modal atau dana yang besar untuk melayani pesanan dalam jumlah besar pula. Jika hal itu terjadi pemerintah siap mengalirkan pinjaman melalui LPDB, atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir, sebuah badan layanan umum yang berada di bawah Kementerian KUKM. Selain itu pemerintah juga menyediakan KUR (Kredit Usaha Rakyat) kepada para pelaku UKM yang butuh pinjaman dana di sejumlah bank nasional.

Karena itu, upaya yang dillakukan LLP-KUKM bukan sekadar menghidupkan UKM tetapi menjadikan mereka perusahaan besar yang bisa bersaing dengan produsen dari luar negeri. Kami berharap suatu saat nanti brand-brand dari UKM di Indonesia bisa menjadi brand dunia yang disegani baik di pasar lokal maupun internasional. Aamiin.....

ATAJUDIN NUR
Kepala Divisi Marketing LLP-KUKM
atajudin@gmail.com
Twiiter: @ata_junior