Tulisan Pertama
Waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 14.45, waktu Jakarta. Pesawat Mihin Lanka tujuan Kolombo yang saya duduki bersama 25 orang penumpang lainnya mulai lepas landas di bandara internasional Soekarno Hatta.
Penumpangnya sedikit. Memang cuma 26 orang yang naik pesawat jurusan Kolombo, Sri Lanka sore itu. Selain karena masih suasana Lebaran, biasanya tidak terlalu banyak penumpang yang naik Mihin Lanka saat itu. Dari 26 orang penumpang, tidak semuanya memiliki tujuan akhir Kolombo, tetapi ada yang sekadar transit di bandara Bandaranaike untuk melanjutkan perjalanan ke negara lain, seperti Dubai.
Mihin Lanka adalah maskapai penerbangan milik Pemerintah Sri Lanka yang melayani rute Jakarta- Kolombo, tanpa transit di Singapura. Maskapai penerbangan ini merupakan maskapai penerbangan bertarif rendah yang lahir tahun 2007. Sebelumnya, Pemerintah Sri Lanka memiliki maskapai penerbangan utamanya, SriLankan Airlines yang sudah beroperasi tahun 1979.
Kelahiran Mihin Lanka terbilang berani, karena muncul di saat negara tersebut sedang mengalami konflik bersenjata dengan gerilyawan Macan Tamil. Salah satu tujuan dari kelahiran Mihin Lanka adalah untuk menarik wisatawan asing datang ke Sri Lanka. Namun karena kondisi dalam negeri yang tidak kondusif, tujuan tersebut belum tercapai. Selama beberapa tahun, di saat konflik berlangsung, Mihin Lanka selalu merugi.
Konflik tersebut berakhir tahun 2009, setelah pemerintah Sri Lanka menumpas gerilyawan dan menembak mati pemimpin Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran dalam sebuah penyerangan yang dilakukan tentara Sri Lanka. Berakhirnya konflik tersebut menjadi berkah bagi Mihin Lanka karena pada tahun 2009 maskapai ini mulai menggeliat, dan berhasil meraup pendapatan sebesar 1,5 juta dolar AS.
Keamanan dalam negeri yang kondusif membuat Mihin Lanka, melakukan inovasi dalam pengembangan usaha. Sejak tahun 2010 perusahaan penerbangan ini mulai berekspansi, salah satunya membuka jalur penerbangan langsung Jakarta Kolombo.
Indonesia merupakan pasar yang basah. Mihin Lanka bukan hanya membidik para wisatawan dari Indonesia yang datang ke Sri Lanka, tetapi juga tenaga kerja asing dari berbagai negara termasuk Indonesia yang kerap singgah di Kolombo untuk berganti penerbangan. Mihin Lanka yang memosisikan diri sebagai maskapai penerbangan bertarif rendah dengan melayani rute Jakarta Kolombo empat kali selama satu minggu siap bersaing dengan perusahaan penerbangan asing lainnya, seperti Air Asia.
Keseriusan Mihin Lanka beroperasi di Indonesia juga terlihat dari para kru pesawat yang dilatih berbahasa Indonesia. Meski komunikasi dalam pesawat tersebut dilakukan dalam bahasa Inggris dan Sinhala (bahasa ibu Sri Lanka), namun para pramugari dan kru pesawat sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia. Mereka belajar bahasa Indonesia dari tim pengajar yang difasilitasi Kedubes RI di Kolombo.
Jadi jangan ragu, kalau kita mau tambah air putih atau jus kemasan, tinggal bilang saja kepada pramugari yang memakai Sari dalam bahasa Indonesia. Mereka paham kok.
Jalur KBRI Sri Lanka
Saya berangkat ke Sri Lanka tidak sendiri. Dalam pesawat, saya bersama satu orang manager dari LLP-KUKM dan dua orang pengrajin dari Yogyakarta, yaitu Pak Priyana dan Ibu Haryanti. Pak Priyana adalah pengrajin tas dan peralatan rumah tangga dari eceng gondok. Sementara Ibu Haryanti adalah pengrajin peralatan rumah tangga dengan bahan dasar batok kelapa.
Kami berempat datang ke negeri berlambang Macan itu karena undangan Kedutaan Besar RI di Sri Lanka dan Chamber of National Handicraft of Srilanka. Kedua lembaga itu meminta LLP-KUKM untuk memberikan training kepada UKM Sri Lanka mengenai kerajinan Indonesia. Karena itulah Pak Priyana dan Ibu Haryanti turut hadir bersama kami dalam perjalanan itu.
Kelahiran Mihin Lanka terbilang berani, karena muncul di saat negara tersebut sedang mengalami konflik bersenjata dengan gerilyawan Macan Tamil. Salah satu tujuan dari kelahiran Mihin Lanka adalah untuk menarik wisatawan asing datang ke Sri Lanka. Namun karena kondisi dalam negeri yang tidak kondusif, tujuan tersebut belum tercapai. Selama beberapa tahun, di saat konflik berlangsung, Mihin Lanka selalu merugi.
Konflik tersebut berakhir tahun 2009, setelah pemerintah Sri Lanka menumpas gerilyawan dan menembak mati pemimpin Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran dalam sebuah penyerangan yang dilakukan tentara Sri Lanka. Berakhirnya konflik tersebut menjadi berkah bagi Mihin Lanka karena pada tahun 2009 maskapai ini mulai menggeliat, dan berhasil meraup pendapatan sebesar 1,5 juta dolar AS.
Keamanan dalam negeri yang kondusif membuat Mihin Lanka, melakukan inovasi dalam pengembangan usaha. Sejak tahun 2010 perusahaan penerbangan ini mulai berekspansi, salah satunya membuka jalur penerbangan langsung Jakarta Kolombo.
Indonesia merupakan pasar yang basah. Mihin Lanka bukan hanya membidik para wisatawan dari Indonesia yang datang ke Sri Lanka, tetapi juga tenaga kerja asing dari berbagai negara termasuk Indonesia yang kerap singgah di Kolombo untuk berganti penerbangan. Mihin Lanka yang memosisikan diri sebagai maskapai penerbangan bertarif rendah dengan melayani rute Jakarta Kolombo empat kali selama satu minggu siap bersaing dengan perusahaan penerbangan asing lainnya, seperti Air Asia.
Keseriusan Mihin Lanka beroperasi di Indonesia juga terlihat dari para kru pesawat yang dilatih berbahasa Indonesia. Meski komunikasi dalam pesawat tersebut dilakukan dalam bahasa Inggris dan Sinhala (bahasa ibu Sri Lanka), namun para pramugari dan kru pesawat sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia. Mereka belajar bahasa Indonesia dari tim pengajar yang difasilitasi Kedubes RI di Kolombo.
Jadi jangan ragu, kalau kita mau tambah air putih atau jus kemasan, tinggal bilang saja kepada pramugari yang memakai Sari dalam bahasa Indonesia. Mereka paham kok.
Jalur KBRI Sri Lanka
Saya berangkat ke Sri Lanka tidak sendiri. Dalam pesawat, saya bersama satu orang manager dari LLP-KUKM dan dua orang pengrajin dari Yogyakarta, yaitu Pak Priyana dan Ibu Haryanti. Pak Priyana adalah pengrajin tas dan peralatan rumah tangga dari eceng gondok. Sementara Ibu Haryanti adalah pengrajin peralatan rumah tangga dengan bahan dasar batok kelapa.
Kami berempat datang ke negeri berlambang Macan itu karena undangan Kedutaan Besar RI di Sri Lanka dan Chamber of National Handicraft of Srilanka. Kedua lembaga itu meminta LLP-KUKM untuk memberikan training kepada UKM Sri Lanka mengenai kerajinan Indonesia. Karena itulah Pak Priyana dan Ibu Haryanti turut hadir bersama kami dalam perjalanan itu.
Delegasi Chamber of National Handicraft of Srilanka yang pernah datang ke SME Tower tahun 2011 meminta bantuan LLP-KUKM melalui KBRI Sri Lanka untuk melatih kerajinan Indonesia kepada UKM Sri Lanka. Ide pelatihan tersebut kemudian difasilitasi Bapak Albert Abdi, Kuasa Usaha Ad Interm Kedutaan Besar RI di Sri Lanka.
Pak Albert Abdi yang sudah memiliki jaringan luas dengan para pelaku bisnis dan UKM di Sri Lanka berupaya semakin mendekatkan hubungan bilateral RI dengan Sri Lanka, dari sisi pengembangan ekonomi kedua negara. Pelatihan itu sendiri merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia -- Sri Lanka dan HUT Kemerdekaan RI ke-67 yang jatuh pada bulan Agustus 2012.
Perjalanan udara selama 4 jam cukup membosankan. Selain makan dan minum, perjalanan panjang itu saya isi dengan membaca majalah dan tidur. Pukul 17.10 waktu Sri Lanka, pesawat tiba di bandara Bandaranaike Kolombo. Karena disambut dan didampingi Pak Albert Abdi dan Staf yang saat itu menjabat pelaksana tugas Dubes RI di Sri Lanka, pemeriksaan di bagian imigrasi bandara berjalan lancar dan cepat. Kami lewat jalur khusus.
Rombongan akhirnya menuju Wisma Kedubes RI di jalan Kolombo 7, untuk rehat sebentar dan bersih-bersih sebelum melakukan aktivitas berikutnya, yakni makan malam dan melihat keindahan malam Kota Kolombo yang eksotis. Sebelum tidur, kami sempat membahas rencana kerja selama satu Minggu di Sri Lanka. Selain meeting dan training, dalam rencana kerja tersebut ada kunjungan ke tempat wisata dan city tour. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar