Tampilkan postingan dengan label riset pemasaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label riset pemasaran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Agustus 2025

PENGARUH PROMOSI OFFLINE DAN ONLINE TERHADAP KEINGINAN UMKM UNTUK BERMITRA DENGAN SMESCO INDONESIA

Jurnal Ilmu Komunikasi oleh Atajudin Nur SS., M.Ikom.


Abstrak

Promosi dapat dilakukan secara
offline atau online guna menarik target market agar memilih produk yang ditawarkan serta untuk menarik target market bergabung menjadi mitra perusahaan. Secara garis besar, penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh promosi secara offline dan online yang dilakukan SMESCO Indonesia terhadap keinginan UMKM untuk bergabung menjadi mitranya. 

Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, mengukur pengaruh promosi offline terhadap keinginan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia. Kedua, mengukur pengaruh promosi online terhadap keinginan UMKM untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia. Ketiga mengukur pengaruh promosi offline dan online terhadap keinginan UMKM untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia. Pendekatan penelitiannya adalah kuantitatif dengan metode survei terhadap 118 responden, sampel UMKM mitra SMESCO Indonesia sebagai objek, dengan memakai analisis regresi linier berganda. 

Hasilnya adalah pertama, terdapat pengaruh dari promosi offline terhadap keinginan UMKM untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia yang signifikan dengan tingkat signifikansi 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Tanpa promosi offline tingkat keinginan bermitra UMKM rendah yakni 5,2 dan dengan promosi offline tingkat keinginan bermitra UMKM bertambah 8, 85. 

Kedua, terdapat pengaruh dari promosi online terhadap keinginan UMKM untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia yang signifikan dengan tingkat signifikansi 0,000 atau lebih kecil dari 0, 05. Tanpa promosi online tingkat keinginan bermitra UMKM rendah yakni 3,5 dan dengan promosi online tingkat keinginan bermitra bertambah 8,12. 
    
Ketiga, ada pengaruh dari promosi offline dan online secara simultan terhadap keinginan UMKM untuk bermitra dengan SMESCO Indonesia yang signifikan dengan tingkat signifikansi 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini menunjukkan bahwa promosi offline dan online dapat meningkatkan keinginan UMKM untuk menjadi mitra. Tanpa promosi offline dan online tingkat keinginan UMKM untuk bermitra sebesar 5,2 sementara dengan promosi offline dan online tingkat keinginan bermitra bertambah lebih dari 7,5.

Kata Kunci: Promosi Offline, Promosi Online, UMKM, Keinginan Bermitra, Smesco Indonesia.

Buka link di bawah ini untuk baca arrtikel lengkap.

Selasa, 21 Februari 2012

THE BLACK SWAN: MELIHAT FENOMENA TERSELUBUNG

Mengapa ada angsa hitam, bukankah pada umumnya angsa adalah putih.

Kemunculan angsa hitam atau Black Swan menggambarkan bahwa selama ini pemikiran kita fokus pada hal-hal yang umum dan belum bisa menerima hal yang mustahil. Kita mencari informasi untuk menjelaskan apa yang sudah diketahui, tetapi bukan untuk mencari apa yang belum diketahui. Karena kondisi itulah kita sulit menemukan Black Swan.

Black Swan adalah sebuah kejadian acak yang sangat mustahil dengan tiga karakter dasar yakni, tidak bisa diprediksi, membawa dampak yang sangat besar, dan setelah terjadi kita membuat penjelasan atas kejadian tersebut bahkan lebih lengkap dari perkiraan sebelumnya.

Keberhasilan yang gemilang dari Google seperti sekarang ini adalah Black Swan. Orang tidak mengira Google akan sesukses seperti sekarang. Bahkan orang juga tidak pernah memprediksi Google begitu berpengaruh dalam dunia teknologi dan informatika.

Demikian pula kejadian 9/11. Sebelumnya tidak ada orang yang memprediksi bencana besar tersebut akan terjadi. Sehingga sebagai negara super power, Amerika Serikat kecolongan dengan hancurnya menara kembar WTC. Dan ketika bencana itu telah merenggut banyak nyawa, muncul prediksi yang menjelaskan kejadian mengerikan tersebut.

Menurut sang penulis buku, Nassim Nicholas Taleb, The Black Swan adalah kejadian acak yang mendasari hampir semua kejadian di dunia ini mulai dari kebangkitan agama sampai aktivitas yang terjadi dalam kehidupan pribadi manusia. Karena itu Black Swan seharusnya bisa diendus.

Tapi sayangnya mengapa penomena Black Swan tersebut tidak bisa terlihat sampai terjadi peristiwa sebenarnya. Jawabnya menurut Taleb karena manusia kerapkali sulit menemukan hal-hal yang spesifik, ketika mereka harus fokus kepada masalah yang general. Hal itu terjadi karena pembelajaran yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman sangat terbatas.

Sebagian besar orang senang mencari informasi dan penjelasan untuk menegaskan dan menjelaskan apa yang sudah mereka ketahui. Sangat jarang dari mereka melakukan pembelajaran untuk menegaskan apa yang tidak mereka ketahui. Kebanyakan orang terlalu lemah untuk menyederhanakan,  merencanakan dan mengkategorisai hal-hal yang dianggap mustahil. Kita juga kerap tidak menghargai pandangan orang-orang terhadap sesuatu yang mustahil. Kondisi itulah yang membuat mereka terhalang menemukan Black Swan.

Selama bertahun-tahun, Taleb telah belajar bagaimana kita membodohi diri sendiri ke dalam pemikiran yang kita tahu lebih dari yang kita lakukan. Kita kerap membatasi pikiran kita untuk hal-hal yang tidak relevant dan ngawur. Sementara kejadian-kejadian besar datang secara mengejutkan meski kejadian tersebut sebelumnya tidak masuk dalam pikiran  dan perkiraan kita. Taleb mengajarkan kita untuk melihat Black Swan dan bagaimana mengambil peluang darinya.

Nassim Nicholas Taleb adalah esais sastra, sekaligus empiris, pialang, yang juga mengabdikan hidupnya untuk mendalami masalah keberuntungan, ketidakpastian, probabilitas, dan pengetahuan. Ia dilahirkan di Lebanon dari keluarga Yunani Ortodoks.


Minggu, 01 Mei 2011

CATI, Metode Riset Pemasaran yang Cepat dan Efisien


Pelaksanaan riset pemasaran membutuhkan teknik wawancara yang tepat. Seiring dengan perkembangan teknologi membuat teknik wawancara dalam riset pemasaran semakin cepat dan efisien.

Secara umum teknik wawancara dalam riset pemasaran terbagi dalam beberapa teknik, yaitu face-to-face interview, mail survey, phone survey, Computer-Assisted Telephone Interviewing (CATI), internet/email survey, dan mobile survey.

Di Indonesia sendiri, teknik wawancara yang paling lazim digunakan oleh hampir semua lembaga riset pemasaran adalah face-to-face interview. Wawancara bisa dilakukan di rumah, di kantor, atau di lokasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Hampir 90 % pelaksanaan survei kuantitatif di Indonesia dilakukan dengan teknik ini.

Sementara di negara-negara yang memiliki tradisi risetnya sudah baik seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat, teknik wawancara berbasis telephone lebih banyak digunakan dibanding dengan face-to-face interview. Hal itu disebabkan oleh dua faktor yaitu waktu dan biaya. Wawancara menggunakan telephone lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan teknik face-to-face interview.

Teknik wawancara berbasis telephone terbagi menjadi dua yaitu phone interview yang bersifat lebih tradisional dan manual, dan yang kedua adalah CATI yang sudah computerized.

Dalam teknik CATI pewawancara tinggal mengikuti skrip/template pertanyaan yang disediakan oleh aplikasi perangkat lunak (software). Teknik wawancara menggunakan sistem terstruktur berupa pengumpulan data melalui telepon yang dapat mempercepat pengumpulan dan editing data, dan juga memungkinkan pewawancara untuk dapat melakukan wawancara dengan tepat waktu dan mendapatkan data yang lebih akurat. Perangkat lunak ini dapat menyesuaikan alur pertanyaan di kuesioner berdasarkan jawaban dan informasi yang telah diberikan oleh responden.

Keunggulan dan Manfaat CATI
Beberapa keunggulan CATI ini antara lain: Pertama, CATI memberikan peluang peneliti untuk dapat mengontrol secara penuh pelaksanaan risetnya, kuesioner dan sampel yang akan disurvei. Call-back atau pengecekan kembali bisa dilakukan sesuai dengan jadwal, dan peneliti dapat memeriksa status sampel dan kuota sampel dengan cepat.

Kedua, CATI memungkinkan peneliti dapat mengontrol biaya pelaksanaan riset lebih ketat. Peneliti dapat mendeteksi masalah yang dihadapi pewawancara dan produktivitas tim pewawancara. Peneliti bisa melakukan analisa setiap saat ketika wawancara sedang berlangsung.

Ketiga CATI akan meningkatkan kualitas dari hasil riset yang telah dilakukan. Riset ini akan menghasilkan kualitas data yang lebih baik, tidak ada data yang hilang atau tidak terisi, karena semua pertanyaan harus terisi dan akan diperiksa kekonsistenan jawabannya
Keempat, hasil riset dapat diketahui lebih cepat. Proses data entry yang dilakukan sekaligus bersamaan dengan proses wawancara memungkinkan hasil riset langsung bisa diketahui sesaat setelah proses wawancara selesai dilakukan.

Selain itu produktivitas akan lebih baik. Karena pelaksanaan survei lebih lebih sedikit membutuhkan tenaga kerja karena fungsi -fungsi administrasi sudah diambil-alih oleh sistem.

Pelaksanaan riset juga lebih simple. Desain kuesioner dan prosedur sampling dapat dilakukan secara sederhana dan cepat karena prosesnya dibantu oleh sistem komputer.

Namun demikian disamping keunggulan, CATI tetap memiliki keterbatasan. Untuk skala riset yang membutuhkan waktu wawancara lebih dari 15 menit peneliti akan kesulitan jika menggunakan CATI. Begitu juga halnya dengan riset yang banyak menggunakan open-ended question, tidak cocok dengan metode CATI.

CATI akan lebih efektif kalau menggunakan dasar database responden yang besar dan sudah terstruktur dengan rapi. Karena itu industri yang paling baik menerapkan CATI adalah perbankan, asuransi, telekomunikasi, dan otomotif.

Selamat mencoba.
Atajudin Nur