SEBAGAI bagian dari masyarakat, perempuan Indonesia sudah memperlihatkan jati dirinya dalam ranah politik di tanah air. Saat ini bukan lagi mempersoalkan kuota 30% perempuan di parlemen tetapi, mereka sudah semakin aktif dalam kapasitasnya sebagai anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Bisa dibilang, kaum perempuan Indonesia tidak lagi mengikuti arah kebijakan pemerintah tanpa ada sikap kritis dalam mengawal aturan yang ada. Perempuan sudah menentukan arah politiknya sendiri, dan semakin kritis dalam membuat dan mengawal aturan di tanah air. Itu terlihat dari adanya aturan yang membela hak-hak perempuan dan semakin banyaknya perempuan menempati posisi strategis di parlemen dan pemerintahan.
Sebagai negarawan, lelaki maupun perempuan harus memiliki visi ke depan. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan Ph.D dalam diskusi setengah hari bertema “Gathering Promosi dan Ekspose Produk KUKM Unggulan Daerah Melalui Diskusi Perempuan Berpolitik Dalam Demokrasi Substansial” yang berlangsung di UKM Gallery, SME Tower Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan, pada Rabu 16 Mei 2012 mengatakan, kebijakan tidak popular yang diambil negarawan saat ini belum tentu tidak popular pada 10 tahun ke depan. Begitu pula sebaliknya. Kebijakan yang popular saat ini belum tentu popular pada 10 tahun mendatang.
Karena itu seorang negarawan harus visioner. Ia harus bisa mengambil keputusan yang di masa depan akan dinilai baik oleh generasi penerus. Sehingga anak cucu mereka dan sejarawan akan mencatat perbuatan baiknya sehingga menjadi peninggalan yang baik.
Anies mengatakan, negarawan saat ini lebih takut kepada sejarawan ketimbang wartawan. “Karena wartawan hanya mempublikasikan berita saat kejadian berlangsung. Sementara sejarawan akan menulis kejadian tersebut dan membuat opini di masa yang akan datang,” ujar Anies Baswedan.
Selain Anies Baswedan hadir dalam diskusi tersebut, Ibu Melani Leimena Suharli, Wakil Ketua MPR RI, dan dibuka oleh Ibu Ingrid Syarief Hasan, Anggota DPR RI. Acara itu sendiri dihadiri oleh ibu-ibu anggota DPR, para pengusaha perempuan dan istri anggota DPR.
Ibu Melani Leimena Suharli mengatakan, alasan perempuan parlemen kurang vokal karena mereka berpikir masak-masak sebelum bicara. Sehingga ketika pernyataan yang ada kurang berbobot dan tidak substansial, mereka tidak akan mengemukakannya. Beda dengan pria yang berani berbicara, dan siap untuk menjawab dan memberi klarifikasi ketika pernyataan mereka diprotes.
Woman Market
Selain diskusi, acara tersebut juga diisi dengan fashion show yang menghadirkan baju dan busana khas Indonesia yang dibawakan oleh putra-putri Duta Koperasi dan Ibu-ibu istri anggota DPR dan pejabat daerah. Yang menarik dari acara ini adalah, para model dan peserta fashion show menggunakan busana daerah serta asesoris yang ada di UKM Gallery dan Paviliun Provinsi.
Di sesi fashion show itu, hadir juga program ekspose tenun Minahasa dalam bentuk tarian Minahasa yang dibawakan oleh model-model dengan menggunakan pakaian daerah Minahasa. Pakaian dan asesoris yang dipakai model dalam fashion show inilah yang menarik perhatian peserta diskusi.
Karena itu usai penampilan fashion show dan tari-tarian Minahasa, para peserta diskusi tersebut melakukan touring ke Paviliun Provinsi untuk melihat-lihat produk KUKM Unggulan dari 32 provinsi di Indonesia. Selain menyaksikan demo produk beragam produk KUKM yang unik dari seluruh provinsi di Indonesia mereka juga membeli produk yang ada di SME Tower.
Itulah yang disebut dengan konsep experiential marketing. Konsumen tidak hanya ditawarkan produk secara hardselling tetapi panca indera calon konsumen diajak berinteraksi untuk merasakan produk tersebut sebelum membelinya. Sehingga keputusan pembelian yang diambil saat itu merupakan hasil dari kesimpulan dan opini mereka terhadap produk.
Perempuan memang menjadi salah satu target market produk KUKM, di SME Tower. Selain memiliki buying power yang tinggi perempuan juga sebagai penentu pembelian untuk beragam produk, baik produk wanita maupun produk pria. Karena itu gathering yang digelar di UKM Gallery merupakan salah satu strategi meraih woman market melalui konsep experiential marketing
Bisa dibilang, kaum perempuan Indonesia tidak lagi mengikuti arah kebijakan pemerintah tanpa ada sikap kritis dalam mengawal aturan yang ada. Perempuan sudah menentukan arah politiknya sendiri, dan semakin kritis dalam membuat dan mengawal aturan di tanah air. Itu terlihat dari adanya aturan yang membela hak-hak perempuan dan semakin banyaknya perempuan menempati posisi strategis di parlemen dan pemerintahan.
Sebagai negarawan, lelaki maupun perempuan harus memiliki visi ke depan. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan Ph.D dalam diskusi setengah hari bertema “Gathering Promosi dan Ekspose Produk KUKM Unggulan Daerah Melalui Diskusi Perempuan Berpolitik Dalam Demokrasi Substansial” yang berlangsung di UKM Gallery, SME Tower Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan, pada Rabu 16 Mei 2012 mengatakan, kebijakan tidak popular yang diambil negarawan saat ini belum tentu tidak popular pada 10 tahun ke depan. Begitu pula sebaliknya. Kebijakan yang popular saat ini belum tentu popular pada 10 tahun mendatang.
Karena itu seorang negarawan harus visioner. Ia harus bisa mengambil keputusan yang di masa depan akan dinilai baik oleh generasi penerus. Sehingga anak cucu mereka dan sejarawan akan mencatat perbuatan baiknya sehingga menjadi peninggalan yang baik.
Anies mengatakan, negarawan saat ini lebih takut kepada sejarawan ketimbang wartawan. “Karena wartawan hanya mempublikasikan berita saat kejadian berlangsung. Sementara sejarawan akan menulis kejadian tersebut dan membuat opini di masa yang akan datang,” ujar Anies Baswedan.
Selain Anies Baswedan hadir dalam diskusi tersebut, Ibu Melani Leimena Suharli, Wakil Ketua MPR RI, dan dibuka oleh Ibu Ingrid Syarief Hasan, Anggota DPR RI. Acara itu sendiri dihadiri oleh ibu-ibu anggota DPR, para pengusaha perempuan dan istri anggota DPR.
Ibu Melani Leimena Suharli mengatakan, alasan perempuan parlemen kurang vokal karena mereka berpikir masak-masak sebelum bicara. Sehingga ketika pernyataan yang ada kurang berbobot dan tidak substansial, mereka tidak akan mengemukakannya. Beda dengan pria yang berani berbicara, dan siap untuk menjawab dan memberi klarifikasi ketika pernyataan mereka diprotes.
Woman Market
Selain diskusi, acara tersebut juga diisi dengan fashion show yang menghadirkan baju dan busana khas Indonesia yang dibawakan oleh putra-putri Duta Koperasi dan Ibu-ibu istri anggota DPR dan pejabat daerah. Yang menarik dari acara ini adalah, para model dan peserta fashion show menggunakan busana daerah serta asesoris yang ada di UKM Gallery dan Paviliun Provinsi.
Di sesi fashion show itu, hadir juga program ekspose tenun Minahasa dalam bentuk tarian Minahasa yang dibawakan oleh model-model dengan menggunakan pakaian daerah Minahasa. Pakaian dan asesoris yang dipakai model dalam fashion show inilah yang menarik perhatian peserta diskusi.
Karena itu usai penampilan fashion show dan tari-tarian Minahasa, para peserta diskusi tersebut melakukan touring ke Paviliun Provinsi untuk melihat-lihat produk KUKM Unggulan dari 32 provinsi di Indonesia. Selain menyaksikan demo produk beragam produk KUKM yang unik dari seluruh provinsi di Indonesia mereka juga membeli produk yang ada di SME Tower.
Itulah yang disebut dengan konsep experiential marketing. Konsumen tidak hanya ditawarkan produk secara hardselling tetapi panca indera calon konsumen diajak berinteraksi untuk merasakan produk tersebut sebelum membelinya. Sehingga keputusan pembelian yang diambil saat itu merupakan hasil dari kesimpulan dan opini mereka terhadap produk.
Perempuan memang menjadi salah satu target market produk KUKM, di SME Tower. Selain memiliki buying power yang tinggi perempuan juga sebagai penentu pembelian untuk beragam produk, baik produk wanita maupun produk pria. Karena itu gathering yang digelar di UKM Gallery merupakan salah satu strategi meraih woman market melalui konsep experiential marketing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar