Potensi bisnis asuransi di Indonesia saat ini masih besar. Penetrasi pasar asuransi di tanah air baru sekitar dua persen dibandingkan populasi. Padahal di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah mencapai lebih dari 15 persen.
Sementara populasi di Indonesia jauh lebih besar dibanding kedua negara tersebut. Artinya, bagi perusahaan asuransi sekarang ini adalah saatnya menggarap pasar yang masih menjanjikan. Puluhan pemain asuransi yang ada saat ini, belum bisa menjangkau seluruh populasi yang memang belum sadar akan asuransi.
Mengapa itu terjadi?
Karena asuransi belum menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Masih ada jurang yang dalam antara kebutuhan ideal yang berasuransi dengan jumlah orang yang sudah diasuransikan. Padahal cukup banyak masyarakat Indonesia yang memiliki daya beli, khususnya ikut berasuransi.
Hingga saat ini pasar asuransi masih dipegang sang pemimpin pasar, Prudential. Di luar itu ada pemain-pemain lain yang cukup sukses dan berjaya seperti Bumi Putera, Manulife dan pemain kuat lainnya.
Kendati pasar sudah dikuasai pemain-pemain utama, bukan berarti pemain lain tidak bisa masuk meraih peluang yang ada di peta persaingan papan atas. Adalah AIA yang cukup giat berupaya agar bisa masuk ke papan atas. Selama satu tahun terakhir, AIA terbilang sukses dengan kampanye We Protect.
We Protect adalah kampanye AIA untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asuransi. Selain berkampanye di berbagai media—media konvensional dan non konvensional—tenaga pemasar AIA turun ke lapangan untuk mengedukasi masyarakat betapa pentingnya memiliki asuransi. Karena dengan asuransi, selain melindungi diri dari berbagai penyakit berbahaya juga melindungi harta dan keluarga dari kebangkrutan.
“Kampanye we protect ini luas maknanya. Kita melakukan perlindungan diri, perlindungan keluarga dan perlindungan investasinya. Kalau mereka ikut asuransi walau terkena penyakit, saving dia tetap aman. Tidak tergerus biaya recover. Itu yang kita lihat masih ada protection gap,” demikian dikatakan Ade Bungsu CMO AIA kepada penulis beberapa waktu lalu.
Karena bagi kebanyakan masyarakat, menabung saja saat ini sudah cukup untuk melindungi invstasinya. Tetapi begitu mereka terkena penyakit berbahaya, uang mereka bisa terkuras karena biaya rumah sakit.
Dengan kampanya we protect dan turun ke lapangan itulah, AIA berupaya masuk ke pasar yang masih basah dan menjanjikan. Memang jumlah tenaga lapangan AIA masih jauh dibanding dengan sang Market Leader, namun kegigihan mereka dalam melakukan edukasi boleh dibanggakan.
Meski pasar sudah dikuasai sang market leader, namun jika kreatif dan fokus masih ada celah yang bisa dimasuki. Itulah kiatnya.
Sementara populasi di Indonesia jauh lebih besar dibanding kedua negara tersebut. Artinya, bagi perusahaan asuransi sekarang ini adalah saatnya menggarap pasar yang masih menjanjikan. Puluhan pemain asuransi yang ada saat ini, belum bisa menjangkau seluruh populasi yang memang belum sadar akan asuransi.
Mengapa itu terjadi?
Karena asuransi belum menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Masih ada jurang yang dalam antara kebutuhan ideal yang berasuransi dengan jumlah orang yang sudah diasuransikan. Padahal cukup banyak masyarakat Indonesia yang memiliki daya beli, khususnya ikut berasuransi.
Hingga saat ini pasar asuransi masih dipegang sang pemimpin pasar, Prudential. Di luar itu ada pemain-pemain lain yang cukup sukses dan berjaya seperti Bumi Putera, Manulife dan pemain kuat lainnya.
Kendati pasar sudah dikuasai pemain-pemain utama, bukan berarti pemain lain tidak bisa masuk meraih peluang yang ada di peta persaingan papan atas. Adalah AIA yang cukup giat berupaya agar bisa masuk ke papan atas. Selama satu tahun terakhir, AIA terbilang sukses dengan kampanye We Protect.
We Protect adalah kampanye AIA untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asuransi. Selain berkampanye di berbagai media—media konvensional dan non konvensional—tenaga pemasar AIA turun ke lapangan untuk mengedukasi masyarakat betapa pentingnya memiliki asuransi. Karena dengan asuransi, selain melindungi diri dari berbagai penyakit berbahaya juga melindungi harta dan keluarga dari kebangkrutan.
“Kampanye we protect ini luas maknanya. Kita melakukan perlindungan diri, perlindungan keluarga dan perlindungan investasinya. Kalau mereka ikut asuransi walau terkena penyakit, saving dia tetap aman. Tidak tergerus biaya recover. Itu yang kita lihat masih ada protection gap,” demikian dikatakan Ade Bungsu CMO AIA kepada penulis beberapa waktu lalu.
Karena bagi kebanyakan masyarakat, menabung saja saat ini sudah cukup untuk melindungi invstasinya. Tetapi begitu mereka terkena penyakit berbahaya, uang mereka bisa terkuras karena biaya rumah sakit.
Dengan kampanya we protect dan turun ke lapangan itulah, AIA berupaya masuk ke pasar yang masih basah dan menjanjikan. Memang jumlah tenaga lapangan AIA masih jauh dibanding dengan sang Market Leader, namun kegigihan mereka dalam melakukan edukasi boleh dibanggakan.
Meski pasar sudah dikuasai sang market leader, namun jika kreatif dan fokus masih ada celah yang bisa dimasuki. Itulah kiatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar