Rabu, 22 Februari 2012

Lima Kompetensi yang Dibutuhkan Dunia Riset Pemasaran

Trend apa sebenarnya yang sedang bergulir di dunia riset. Adakah temuan baru di bidang ini yang akan menjadi dunia riset pada masa depan. Artikel ini dirangkum berdasarkan presentasi Hasanuddin Ali, Researcher yang juga tokoh Nahdiyin.

Dalam setiap pertemuan asosiasi riset sering mengemuka bahwa perkembangan kompetensi riset sangat lambat. Dari sisi keilmuan belum ada perkembangan yang signifikan. Ada lima pandangan mengenai riset yang muncul dari pakarnya. Mereka berbicara mengenai kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia riset.

Pertama pandangan dari Niels Schillewaert, Co-Founder and Manging Partner Insites Consulting. Menurut dia ada tiga tahapan dari dunia riset yakni:,
1.      Design and Data Generation : Artinya adalah progress dunia riset sangat lambat, dari dulu teknik mengambil data melalui metode kualitatif dan kuantitatif.  Baru belakangan muncul ethnography, neuroscience dan sebagainya.

2.      Technical and Analytical Understanding: Lalu kemudian terjadi perkembangan mengapa researcher butuh skill dan tools.  Seorang researcher ketika bertemu klien bukan hanya dihadapkan pada problem tetapi juga metodologi. Sehingga muncul kreativitas mau memakai metodologi yang mana. Juga dihadapkan pada statistical analysis yang mana. Sebanyak 80 persen analysis paling banyak deskriptif, sisanya scaling dan sebagainya. Itu karena kebutuhan klien.

3.      Consultative Research:  Kebanyakan riset itu tercerabut dari konteksnya. Orang riset ahli dalam analisa, tetapi dalam membumikan bahasa riset masih susah. Karena itu dibutuhkan multimedia yang powerful sehingga bahasa riset harus bisa diterima klien.


Kedua dari Tom De Ruyck, Senior R&D manager Insites Consulting mengatakan, sudah saatnya harus ada partnership antara riset agency  dan klien atau co-creation.  Makanya di perusahaan-perusahaan besar, researcher itu masuk sampai ke R&D.
Menurut dia juga, di riset itu ada dua pola, satu generalis dan dua specialis. Sudah saatnya kita membuat orang-orang yang tahu segala hal. Sehingga problem itu bisa ditarik dengan berbagai metodologi yang ada.

Ketiga dari Dr David Smith, Director of DVL Smith Ltd: Market Research adalah gabungan dari berbagai ilmu. Karena dari berbagai disiplin ilmu,  dia ingin ada yang menjadi key concept. Peran dari keilmuan yang lebih soft seperti psikology, sociologi, dan neuroscience sangat penting. Karena itu peran dari High Tech dan High Touch sangat penting.

Keempat dari David Mc callum, Managing partner at Gordon & McCallum mengatakan kita dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, kita harus mampu mendefinisikan marketing problem dan deliver right insight. Kedua  kita dihadapkan pada pilihan teknik. Analisis teks dan neuroscience semakin penting. Metodologi terbaru dari sisi teknologi juga sangat penting.

Kelima dari Sherri Neuwirth, SVP at M/A/R/C Research. Menurut dia ada dua pilihan yakni  Active Research Approach (Conventional Research)  dan Passive Research Approach (Online Research). Yang aktif itu, researcher yang bertanya dan yang pasif itu researcher yang mendengarkan responden. Kedua pilihan itu penting dilakukan secara simultan. Selain FGD dan wawancara tatap muka researcher juga perlu menggunakan social media untuk melakukan riset dan monitoring.

Apapun metode yang dipakai, kunci utamanya terletak pada researcher, apakah dia bisa menyelesaikan problem yang ada lewat riset.  

Berdasarkan kelima pandangan itu ada empat tahapan dalam Marketing Research Process, yakni Research Design, Data Collection, Data Processing dan Data Analysis. Masing-masing tahapan memiliki point penting sesuai dengan kebutuhan klien. Dan berdasarkan kondisi yang ada, satu decade mendatang, pekerjaan yang paling sexy adalah statisticians.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar