Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-KUMK) atau yang dikenal dengan nama Smesco Indonesia di Jakarta siap menjadi House of Indonesia bagi produk UKM. Dengan mengusug brand House of Indonesia Smesco Indonesia tidak hanya memasarkan produk UKM ke pasar dalam negeri tetapi juga ke mancanegara.
Tampilkan postingan dengan label service marketing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label service marketing. Tampilkan semua postingan
Senin, 30 April 2012
Sabtu, 24 September 2011
Mengubah Alam menjadi Bisnis
Anda jenuh dengan rutinitas sehari-hari? Ingin mencoba aktivitas yang bikin adrenalin bergejolak? Cobalah berpetualang dengan Arung Jeram, Arus Liar. Arus Liar yang menyediakan program outbound tidak hanya memberikan petualangan arung jeram tetapi juga trekking, hiking, paint ball, dan olahraga petualangan lainnya.
Aktivitas itulah yang disebut dengan layanan one stop shopping adventure dari PT. PT Lintas Jeram Nusantara yang lebih dikenal dengan sebutan Arus Liar. Di sana orang tidak hanya mendapatkan sensasi berarung jeram, tetapi memilih paket menarik sesuai minat dan kebutuhan. Aktivitas arung jeram menjadi pilihan utama tamu-tamu PT Lintas Jeram Nusantara.
Amalia Yunita adalah orang yang menjadi motor dari perusahaan outbond yang dibangunnya bersama suami dan teman-temannya. Ketika membangun bisnis ini 14 tahun lalu, ia melihat adanya kebutuhan baik yang datang dari individu maupun institusi.
Bagi peserta, olahraga tersebut tidak hanya bisa menghilangkan kebosanan tetapi juga membuat tubuh kembali fresh untuk menghadapi rutinitas hari berikutnya. Sementara bagi perusahaan, olahraga arung jeram bisa membentuk kekompakan tim.
Alam Begitu Menjanjikan
Olahraga arung jeram yang dirintis Amalia di Indonesia sudah ada sejak tahun 1992. Saat itu, bisnis ini dimulai dari hobby dan belum berbentuk perusahaan. Amalia yang merupakan pecinta alam sejak SMA dan berlanjut semasa kuliah memiliki hobby arung jeram dan ekspedisi. Ia melihat sejumlah sungai di Amerika dibisniskan sebagai lokasi arung jeram dengan segala perlengkapannya.
Untuk itu bersama suami ia mengajak tamu-tamunya yang 100% ekspatriat untuk melakukan aktivitas arung jeram di Indonesia yang memiliki lokasi tidak kalah menarik dengan sungai di luar negeri. Orang asing sudah lebih dulu mengenal olahraga ini di negara asalnya.
Ketika aktivitas ini begitu menjanjikan dari sisi komersial maka pada tahun 1995 Arus Liar berdiri sebagai sebuah badan usaha berbentuk Perusahaan Terbatas. Pada awal berdirinya olahraga ini hanya diminati oleh kaum ekspatriat. Orang Indonesia belum berani, karena mereka belum mengerti dan masih menganggap bahwa arung jeram termasuk aktivitas yang berbahaya. Hal itu terjadi karena kurangnya informasi tentang arung jeram.
Belakangan, setelah sosialisasi informasi yang baik tentang arung jeram, banyak orang Indonesia yang berani mencoba. Sekarang ini, jumlah tamu Arus Liar 80 persen orang Indonesia, sisanya ekspatriat. Peminat arun jeram sudah merambah ke berbagai kalangan.
Ketika ia membuka Arus Liar banyak teman-temannya sesama alumi Trisaksi menyangsikan kelangsungan hidup bisnis ini. Namun karena dikelola dengan baik, bisnis ini bisa menghasilkan dan menghidupi banyak orang, termasuk para penduduk lokal. Ketika dibuka, karyawan Arus Liar hanya 19 orang tetapi kini karyawannya sudah mencapai 150 orang.
Selain Sungai Citarik di Sukabumi, ia melihat masih banyak lokasi wisata di Indonesia yang belum tergarap dengan baik. Padahal Indonesia memiliki potensi alam yang indah, baik untuk aktivitas arung jeram maupun olahraga petualang lainnya.
Bisnis ini tidak terpengaruh krisis ekonomi karena khalayak sasarannya adalah eksekutif muda yang ingin mencari suasana kehidupan baru di luar pekerjaan kantor. Mereka berani membayar mahal untuk sesuatu yang menghilangkan kejenuhan dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari.
Bisnis ini masih menjanjikan. Selain sebagai gaya hidup, cukup banyak orang-orang berduit di perkotaan yang membutuhkan olahraga petualangan ini guna mengobati kejenuhan kehidupan kota. Atajudin Nur
Aktivitas itulah yang disebut dengan layanan one stop shopping adventure dari PT. PT Lintas Jeram Nusantara yang lebih dikenal dengan sebutan Arus Liar. Di sana orang tidak hanya mendapatkan sensasi berarung jeram, tetapi memilih paket menarik sesuai minat dan kebutuhan. Aktivitas arung jeram menjadi pilihan utama tamu-tamu PT Lintas Jeram Nusantara.
Amalia Yunita adalah orang yang menjadi motor dari perusahaan outbond yang dibangunnya bersama suami dan teman-temannya. Ketika membangun bisnis ini 14 tahun lalu, ia melihat adanya kebutuhan baik yang datang dari individu maupun institusi.
Bagi peserta, olahraga tersebut tidak hanya bisa menghilangkan kebosanan tetapi juga membuat tubuh kembali fresh untuk menghadapi rutinitas hari berikutnya. Sementara bagi perusahaan, olahraga arung jeram bisa membentuk kekompakan tim.
Alam Begitu Menjanjikan
Olahraga arung jeram yang dirintis Amalia di Indonesia sudah ada sejak tahun 1992. Saat itu, bisnis ini dimulai dari hobby dan belum berbentuk perusahaan. Amalia yang merupakan pecinta alam sejak SMA dan berlanjut semasa kuliah memiliki hobby arung jeram dan ekspedisi. Ia melihat sejumlah sungai di Amerika dibisniskan sebagai lokasi arung jeram dengan segala perlengkapannya.
Untuk itu bersama suami ia mengajak tamu-tamunya yang 100% ekspatriat untuk melakukan aktivitas arung jeram di Indonesia yang memiliki lokasi tidak kalah menarik dengan sungai di luar negeri. Orang asing sudah lebih dulu mengenal olahraga ini di negara asalnya.
Ketika aktivitas ini begitu menjanjikan dari sisi komersial maka pada tahun 1995 Arus Liar berdiri sebagai sebuah badan usaha berbentuk Perusahaan Terbatas. Pada awal berdirinya olahraga ini hanya diminati oleh kaum ekspatriat. Orang Indonesia belum berani, karena mereka belum mengerti dan masih menganggap bahwa arung jeram termasuk aktivitas yang berbahaya. Hal itu terjadi karena kurangnya informasi tentang arung jeram.
Belakangan, setelah sosialisasi informasi yang baik tentang arung jeram, banyak orang Indonesia yang berani mencoba. Sekarang ini, jumlah tamu Arus Liar 80 persen orang Indonesia, sisanya ekspatriat. Peminat arun jeram sudah merambah ke berbagai kalangan.
Ketika ia membuka Arus Liar banyak teman-temannya sesama alumi Trisaksi menyangsikan kelangsungan hidup bisnis ini. Namun karena dikelola dengan baik, bisnis ini bisa menghasilkan dan menghidupi banyak orang, termasuk para penduduk lokal. Ketika dibuka, karyawan Arus Liar hanya 19 orang tetapi kini karyawannya sudah mencapai 150 orang.
Selain Sungai Citarik di Sukabumi, ia melihat masih banyak lokasi wisata di Indonesia yang belum tergarap dengan baik. Padahal Indonesia memiliki potensi alam yang indah, baik untuk aktivitas arung jeram maupun olahraga petualang lainnya.
Bisnis ini tidak terpengaruh krisis ekonomi karena khalayak sasarannya adalah eksekutif muda yang ingin mencari suasana kehidupan baru di luar pekerjaan kantor. Mereka berani membayar mahal untuk sesuatu yang menghilangkan kejenuhan dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari.
Bisnis ini masih menjanjikan. Selain sebagai gaya hidup, cukup banyak orang-orang berduit di perkotaan yang membutuhkan olahraga petualangan ini guna mengobati kejenuhan kehidupan kota. Atajudin Nur
Selasa, 03 Mei 2011
The Flower of Service, Amunisi di Era Legacy Marketing
Kunci utama untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan adalah memberikan value yang lebih superior ketimbang pesaing kita. Untuk menciptakan value yang superior, Christopher Lovelock, Pakar Marketing Service asal Inggris memperkenalkan konsep The Flower of Service.
Dalam konsep ini, value dibentuk oleh core products dan supplementary services. Core product merupakan hal paling dasar dalam produk maupun servis perusahaan. Hal itu wajib dimiliki semua perusahaan yang masuk ke pasar persaingan. Itu adalah inti dari bunga yang terletak di tengah. Perusahaan yang tidak memiliki inti tersebut jangan ikut berkompetisi.
Sedangkan supplementary services adalah servis-servis tambahan untuk membedakan core product yang Anda miliki dengan kompetitor. Itulah kelopak dari bunga yang bisa dibuat berbeda-beda. Satu inti bunga bisa terdiri dari beberapa kelopak.
Sebagai contoh, apabila Anda membuka usaha hotel, maka core product Anda adalah tempat tidur dan kamar yang nyaman untuk melepas lelah. Sedangkan supplementary services nya adalah room service, business center, cashier, reservation, valet parking, restaurant, internet, dan lain sebagainya.
Lovelock yang wafat pada 24 Februari 2008 mengingatkan bahwa perusahaan tidak bisa mengandalkan core product (inti bunga) sebagai keunggulan bersaing. Di tengah situasi kompetisi yang semakin ketat akibat perkembangan teknologi, politik-legal, ekonomi, sosial-budaya, dan market, tidak sulit bagi perusahaan-perusahaan baru untuk meniru core product Anda. Bahkan ada kemungkinan teknologi mereka lebih canggih dari Anda karena masuk ke pasar belakangan. Contohnya ketika Airbus memperkenalkan pesawat yang lebih besar ketimbang Boeing.
Oleh sebab itu, medan peperangan saat ini lebih diarahkan kepada supplementary services atau kelopak bunga. Lovelock sendiri membagi supplementary services ke dalam dua kategori yakni, facilitate core product, dan enhance core product. Facilitate core product adalah service tambahan yang diberikan perusahaan kepada klien yang berhubungan dengan core produk seperti business center dan room service dari sebuah hotel.
Sementara enhance core produk adalah service tambahan yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah atau yang menjadi diferensiasi perusahaan seperti menyediakan guide untuk tamu hotel yang ingin mengunjungi tempat wisata di daerah tersebut.
Bila semua itu sudah dilakukan perusahaan, maka setidaknya klien mendapatkan nilai tambah ketika berhubungan dengan perusahaan kita. Mereka akan merasakan layanan yang beda antara produk kita dengan produk pesaing. Diferensiasi inilah yang di era legacy marketing bisa menjadi amunisi bagi perusahaan untuk berkompetisi. Tanpa amunisi di medan perang, perusahaan akan menjadi bulan-bulanan musuh. Atajudin Nur
Dalam konsep ini, value dibentuk oleh core products dan supplementary services. Core product merupakan hal paling dasar dalam produk maupun servis perusahaan. Hal itu wajib dimiliki semua perusahaan yang masuk ke pasar persaingan. Itu adalah inti dari bunga yang terletak di tengah. Perusahaan yang tidak memiliki inti tersebut jangan ikut berkompetisi.
Sedangkan supplementary services adalah servis-servis tambahan untuk membedakan core product yang Anda miliki dengan kompetitor. Itulah kelopak dari bunga yang bisa dibuat berbeda-beda. Satu inti bunga bisa terdiri dari beberapa kelopak.
Sebagai contoh, apabila Anda membuka usaha hotel, maka core product Anda adalah tempat tidur dan kamar yang nyaman untuk melepas lelah. Sedangkan supplementary services nya adalah room service, business center, cashier, reservation, valet parking, restaurant, internet, dan lain sebagainya.
Lovelock yang wafat pada 24 Februari 2008 mengingatkan bahwa perusahaan tidak bisa mengandalkan core product (inti bunga) sebagai keunggulan bersaing. Di tengah situasi kompetisi yang semakin ketat akibat perkembangan teknologi, politik-legal, ekonomi, sosial-budaya, dan market, tidak sulit bagi perusahaan-perusahaan baru untuk meniru core product Anda. Bahkan ada kemungkinan teknologi mereka lebih canggih dari Anda karena masuk ke pasar belakangan. Contohnya ketika Airbus memperkenalkan pesawat yang lebih besar ketimbang Boeing.
Oleh sebab itu, medan peperangan saat ini lebih diarahkan kepada supplementary services atau kelopak bunga. Lovelock sendiri membagi supplementary services ke dalam dua kategori yakni, facilitate core product, dan enhance core product. Facilitate core product adalah service tambahan yang diberikan perusahaan kepada klien yang berhubungan dengan core produk seperti business center dan room service dari sebuah hotel.
Sementara enhance core produk adalah service tambahan yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah atau yang menjadi diferensiasi perusahaan seperti menyediakan guide untuk tamu hotel yang ingin mengunjungi tempat wisata di daerah tersebut.
Bila semua itu sudah dilakukan perusahaan, maka setidaknya klien mendapatkan nilai tambah ketika berhubungan dengan perusahaan kita. Mereka akan merasakan layanan yang beda antara produk kita dengan produk pesaing. Diferensiasi inilah yang di era legacy marketing bisa menjadi amunisi bagi perusahaan untuk berkompetisi. Tanpa amunisi di medan perang, perusahaan akan menjadi bulan-bulanan musuh. Atajudin Nur
Langganan:
Postingan (Atom)