Selasa, 20 Mei 2014

MEMAKNAI SEMANGAT KEBANGSAAN DENGAN MEMBELI PRODUK UKM INDONESIA


Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia setiap tanggal 20 Mei sesungguhnya mengandung banyak pesan dan amanat yang dapat membangkitkan kembali rasa “Nasionalisme” pada setiap orang, karena telah menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Semangat Kebangsaan atau Nasionalisme yang sering dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang pada hari tersebut ikut memperingati adalah bagaimana para pejuang tanah air kita telah menunjukkan komitmennya untuk melawan penjajah dan mempertahankan Indonesia sebagai Negara yang berdaulat.

Semangat Kebangsaan para pejuang sebagai bagian dari Bangsa Indonesia telah mendapatkan keberhasilan yang hakiki melalui kemerdekaan yang diproklamirkan pada  tanggal 17 Agustus 1945. Pertanyaan yang sering muncul adalah apa yang masih diperlukan bagi masyarakat Indonesia untuk mengisi Kemerdekaan tersebut melalui semangat kebangsaan? Tentunya hal ini kembali kepada rasa kebangsaan itu sendiri yang ada pada setiap orang. Seberapa dalam rasa cinta pada tanah air, bangsa dan Negara dengan segala yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Sampai saat ini ekonomi Indonesia membutuhkan banyak perbaikan guna membawa dampak positif bagi rakyatnya.  Persoalan pengangguran, masalah daya saing masih menjadi kendala percepatan perkembangan ekonomi dalam negeri.  Sementara di satu sisi Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, lebih dari 250 juta jiwa yang merupakan pasar potensial bagi berbagai produk yang ada. Sektor konsumsi merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bayangkan jika seluruh rakyat Indonesia menggunakan produk dalam negeri, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.

Karena itu salah satu wujud nyata dari Peringatan Kebangkitan Nasional adalah Kebangkitan Ekonomi Nasional dengan cara membeli produk dalam negeri karya para pelaku Koperasi dan UMKM.   Ada sekitar 56,5 juta pelaku usaha UMKM di tanah air yang menyerap tenaga kerja sebesar 97,3 % dari total tenaga kerja di Indonesia. UMKM memberikan kontribusi yang besar terhadap produk domestik bruto yakni di atas 56%.

Jika UMKM di tanah air terus tumbuh dan berkembang karena didukung rakyatnya yang membeli dan menggunakan produk dalam negeri, maka kontribusi UMKM terhadap PDB akan semakin tinggi. Para pelaku usaha akan membutuhkan banyak tenaga kerja karena permintaan produk dalam negeri bertambah. Produk UMKM habis terserap di pasar dalam negeri.

Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah (LLP-KUKM) yang dikenal dengan brand Smesco Indonesia  adalah lembaga pemerintah di bawah Kementerian KUKM yang berkontribusi dalam pemasaran produk KUKM di pasar dalam dan luar negeri. LLP-KUKM memiliki tenant binaan sebanyak 1370 KUKM dengan 41 kategori produk yang didisplay di SME Tower Jakarta tanpa dipungut bayaran. LLP-KUKM juga membantu meningkatkan kapasitas KUKM agar produk mereka memiliki daya saing. Dan ketika ada pameran di luar negeri produk itu diikutsertakan dalam pameran.

Bekerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah dan swasta kami berupaya menarik konsumen untuk datang ke UKM Gallery dan Paviliun Provinsi. Kementerian Luar Negeri sebagai mitra kerja kami akan membawa delegasi asing yang datang ke Indonesia untuk berbelanja produk Indonesia di SME Tower. Begitu juga dengan Dinas Pariwisata DKI yang mendorong turis asing datang ke SME Tower.

Namun begitu, membantu KUKM bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan sejumlah instansi swasta. Di Moment Kebangkitan Nasional ini masing-masing kita juga bisa berpartisipasi dalam membantu KUKM dengan membeli, memakai dan mengonsumsi produk dalam negeri. Rasa kebangsaan seperti itu akan mampu membawa angin segar bagi sistem perekonomian.

Dengan mengomsumsi karya bangsa sendiri akan membantu bangkitnya perekonomian nasional. Produsen akan terus memproduksi dan mendistribusikan jasanya ke konsumen, sehingga mereka dapat terus berkarya. Itulah wujud sederhana dari semangat Hari Kebangkitan Nasional yang bisa membawa bangsa ini bangkit dari ketepurukan dan membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Sudahkah Anda menggunakan produk dalam negeri.

Kamis, 20 Juni 2013

Soal UKM, Thailand Belajar ke Indonesia

Kalau soal urusan UKM, Thailand tidak mau kalah dengan Korea Selatan. Pemerintah kedua negara tersebut tidak kenal menyerah untuk memperkenalkan produk UKM mereka ke luar negeri.  Para pengurus UKM di kedua negara tersebut gencar berkunjung ke negara-negara yang tingkat konsumsinya cukup tinggi di dunia, salah satunya Indonesia. Mereka berharap produk UKM negaranya bisa dipasarkan di Indonesia.


Penulis tidak perlu lagi bicara tentang para pelaku usaha dari Korea Selatan yang semangat juangnya begitu tinggi, sehingga beberapa produk dari Negeri Ginseng tersebut berhasil menarik hati orang Indonesia.  Ga percaya? Coba lihat siapa orang Indonesia yang tidak kenal produk keluaran Samsung, termasuk produk budaya mereka yakni K-Pop dan Gangnam Style yang berhasil masuk ke Indonesia.

Lalu bagaimana semangat para pelaku bisnis kecil dan menengah di Thailand. Meski serbuan produk-produk dari Negeri Gajah Putih tersebut belum segencar Korea Selatan, namun upaya para pelaku bisnis dan dukungan pemerintah di sana cukup membanggakan. Meski sulit mengejar Korsel tapi mereka berharap setidaknya produk mereka dikenal di luar negeri, termasuk negara besar di Asia, seperti Indonesia.

Jika bicara budaya dan pariwisata, Thailand tidak kalah dengan Korea. Sebelum K Pop terkenal di Indonesia, dulu sekali wisata sex di Thailand telah dikenal masyarakat dunia termasuk Indonesia. Tapi kini bukan itu yang dikejar Pemerintahnya. Pemerintah melihat UKM di sana mampu menghidupi diri, sehingga perlu dibantu pemasarannya hingga ke luar negeri. 


Beberapa kali para pejabat negara tersebut datang ke Indonesia, dengan tujuan belajar manajemen dan pengelolaan UKM di Indonesia. Salah satunya adalah kunjungan dari delegasi SACICT (Support Arts and Crafts International Centre of Thailand) ke SME Tower awal tahun 2013.

Mereka ingin sharing and learning soal pembinaan UKM di Indonesia serta bagaimana produk UKM Indonesia bisa ada di luar negeri, dan perhitungan bagi hasil antara pembina dengan pelaku UKM. Dalam kunjungan itu berbagai informasi saling di-sharing, termasuk tips mengatasi UKM yang kekurangan modal, jika ada buyer dari luar negeri membeli dalam jumlah  yang sangat besar.

Namun dari semua itu, orang Thailand menyadari bahwa kegigihan itulah yang membuat UKM Indonesia bisa eksis dan berkembang. Mereka tahu bahwa bangsa Indonesia Gigih sejak dulu. Hidup di bawah tekanan penjajahan membuat semangat juang bangsa ini begitu tinggi untuk meraih kemerdekaan dan hidup yang lebih baik. Mereka mengakui dengan sedikit saja bantuan dari pemerintah UKM kita mampu bertahan dan berkembang. UKM Indonesia memang tidak cengeng.

Senin, 04 Februari 2013

Pasar Ben Thanh, Bukan Pasar Beringharjo

Banyak orang bilang, Vietnam negara yang penduduknya langsing-langsing karena sering minum teh hijau dan makan buah-buahan, memiliki tempat wisata yang eksotis. Di sana ada wisata perang, wisata malam, dan wisata belanja yang murah meriah.  Murah meriah karena kebanyakan kualitas produk yang dijual dibawah standar, dan mata uang Vietnam lebih rendah dari Indonesia.

Begitulah kesan yang saya terima sesaat setelah mendarat di bandar udara Tan Son Nat, Ho Chi Minh City beberapa waktu lalu. Saya datang bersama rombongan media dan travel biro yang diboyong Air Asia, saat pembukaan rute langsung Jakarta Ho Chi Minh City.

Selain tempat wisatanya, kedatangan saya ke Vietnam cukup berkesan. Karena salah satu teman yang masa berlaku paspornya kurang dari enam bulan, bisa lolos pemeriksaan petugas imigrasi baik di Jakarta maupun di Ho Chi Minh City.  Memang sempat terjadi dialog antara petugas imigrasi di Bandara Soekarno Hatta dengan teman tadi, namun karena kami datang dalam rombongan perusahaan penerbangan, maka petugas imigrasi membolehkan teman tersebut masuk ke area keberangkatan. Petugas tersebut berpesan, “setelah sampai Jakarta harus paspor kamu harus diperpanjang ya.”

Cerita tentang wisata perang di Vietnam seperti terowongan Cuci, telah saya tulis dalam blog ini sebelumnya. Sekarang giliran saya bercerita tentang Pasar Ben Thanh, tempat wisata belanja di Ho Chi Minh City yang sudah popular ke se antero jagad.

Pasar Ben Thanh terletak di Distrik 1, salah satu distrik elit di kota Ho Chi Minh City. Mengapa elit, karena di Distrik 1 banyak berdiri gedung perkantoran dan hotel berbintang, hotel bintang lima. Jadi jika wisatawan menginap di kawasan Distrik 1, mereka tinggal jalan kaki ke Pasar Ben Thanh.

Pasar Ben Thanh adalah pasar tradisional terbesar di Ho Chi Minh City. Bentuk bangunan kuno yang unik menjadi daya tarik bagi para fotografer untuk mengambil gambar. Pasar  ini berbentuk persegi yang panjang sisinya kurang lebih 200 meter. Didalam pasar terdapat banyak barang dagangan mulai dari kain, kaos, perabot rumah tangga,  bahan makanan, sampai souvenir.

Jika Anda berkunjung ke Ho Chi Minh City, hukumnya wajib mengunjungi pasar ini, selain mengamati “wisata malam” yang penuh sensasi. Pasar buka mulai jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Di malam hari, aktivitas pasar dilanjutkan di jalanan di samping bangunan pasar. Sampai jam dua malam, Anda akan tetap menemukan berbagai macam dagangan di pasar malam Ben Thanh. Barang dagangan yang digelar malam hari sama dengan pagi dan sore hari.

Selama beberapa hari saya di Vietnam, lebih dari tiga kali saya masuk dan berbelanja ke Pasar Ben Thanh. Selain murah meriah, suasana Pasar Ben Thanh sama seperti Pasar Beringharjo Yogyakarta. Selain agak mepet-mepet posisi barang dagangannya, kualitas barang dagangan yang ada dalam Pasar Ben Thanh, tidak jauh beda dengan barang dagangan di Pasar Beringharjo. Hanya saja masing-masing pasar memiliki souvenir lokal, yang tidak bisa ditemukan di masing-masing negara.

Bedanya lagi, di Pasar Ben Thanh Anda harus menawar setelah Anda memegang barang dagangan. Tidak jadi beli tidak mengapa, asalkan Anda harus menunjukkan rasa hormat dengan menawar barang yang sudah Anda pegang. Jika tidak, pedagang di sana akan marah-marah dalam bahasa Vietnam yang artinya mungkin kita tidak tahu.

Sedangkan di Pasar Beringharjo, mau beli atau tidak beli, tetap saja Anda bisa berjalan dengan aman di dalam pasar. Anda tidak akan dikejar pedagang apalagi ditepok badan Anda keras-keras dari belakang ketika meninggalkan barang dagangan.

Kendati tindakan tidak ramah dan kekerasan sering terjadi di dalam pasar, masih banyak turis yang berbelanja di Pasar Ben Thanh. Alasannya, Anda belum merasakan Vietnam sesungguhnya jika belum masuk Pasar Ben Thanh.

Yuk belajar dari kesalahan pedagang di negara lain.

Senin, 03 Desember 2012

Beli Oleh-oleh di Laksala, Belanja Sambil Belajar




Ketika berada di negara manapun, wisatawan Indonesia adalah kelompok masyarakat yang konsumtif. Di saat-saat akhir kunjungan mereka ke luar negeri, biasanya mereka pasti mencari pusat perbelanjaan, mall atau sejenisnya untuk membeli barang bawaan. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan keluarga.

Itulah dia, kharakter khas wisatawan Indonesia. Pantang pulang tanpa buah tangan. Karena memang sebelum berangkat, pesan yang mereka dapat dari teman atau kerabat adalah “Jangan Lupa Oleh-olehnya ya.”

Jika anda berkunjung ke Sri Lanka, ada cukup banyak tempat untuk membeli oleh-oleh di negara tersebut. Masing-masing propinsi memiliki toko dan pusat perbelanjaan tersendiri yang menjual handicraft, khas propinsi tersebut. Namun jika tidak ada waktu untuk mengunjungi seluruh propinsi di Sri Lanka, Anda cukup datang ke Laksala, pusat perbelanjaan handicraft dari seluruh propinsi di Sri Lanka yang salah satu outletnya berlokasi di terusan York Street 60, Kolombo. Selain Kolombo, outlet Laksala tersebar di 23 lokasi di Sri Lanka.

Laksala adalah pusat display dan pemasaran produk Usaha Kecil Menengah (UKM) dari seluruh propinsi di Sri Lanka, yang merupakan lembaga pemerintah di bawah Kementerian Industri Kedaerahan dan Promosi Wirausaha Sri Lanka. Management pusat perbelanjaan ini bekerjasama dengan 3500 pengrajin di Sri Lanka untuk memasok barang-barang UKM di pusat perbelanjaan tersebut.

Para pengrajin tidak hanya mendapat tempat untuk menjual barang, tetapi juga dilatih bagaimana membuat produk dan menjual yang baik. Managemen Laksala memiliki 140 pusat pelatihan pengrajin yang tersebar di seluruh provinsi.

Barang-barang yang dikirim ke pusat perbelanjaan ini  merupakan barang konsinyasi. Laksala menarik margin keuntungan sekitar 10 persen dari harga barang pengrajin. Karena itulah harga yang ditawarkan Laksala lebih tinggi dari harga barang di pasar tradisional. Namun Laksala memberikan kenyamanan, bebas dari calo dan kelengkapan produk dalam berbelanja.

Ketika saya berbelanja oleh-oleh di toko retail itu, saya mendapat sambutan yang hangat dari Sales Assistant dan security di sana. Meski kebanyakan dari mereka berpakaian seperti petugas keamanan atau security, namun raut wajah mereka menunjukkan keramah-tamahan. Karena mereka di-training untuk menjadi penjual yang baik. Mereka juga mengerti product knowledge.

Bagaimana dengan outlet Anda? Sudahkah konsumen merasa nyaman?

Rabu, 24 Oktober 2012

Nasib Bir Pletok Betawi dan EGB Sri Lanka

Tulisan Ketiga




Rasanya manis, hangat dan sedikit pedas. Itulah dia bir pletok, minuman khas orang Betawi. Sejenis bir, tapi tidak memabukkan karena tidak mengandung alkohol.

Dikasih nama bir karena orang Betawi di zaman kolonial ingin gaya-gaya-an bisa minum bir seperti orang kompeni yang saat itu menguasai Batavia, tetapi halal.  Mereka beranggapan, dengan minum bir pletok, akan menambah percaya diri,  karena walau disebut inlander yang bermakna orang kampung, tetapi bisa gaya seperti buitenlander, atau orang asing.

Bir pletok menjadi minuman cukup mewah saat ada pesta, hajatan atau pertemuan. Di meja, biasanya minuman ini terhidang bersama kue basah khas Betawi seperti kue talam, ketan bakar, ongol-ongol dan kue lapis.

Selain gaya-gaya-an, bir pletok yang bahan dasarnya berupa campuran rempah seperti jahe, serai, dan kayu secang ini bermanfaat untuk kesehatan badan, misalnya menghilangkan masuk angin dan melancarkan peredaran darah.  Habis minum bir pletok, badan rasanya seperti baru keluar dari panti pijat. Segar nian...

Sayangnya, meski keberadaanya sudah seratus tahun lebih, namun dari sisi bisnis bir pletok tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Dari zaman Belanda sampai Indonesia merdeka dan kini masuk era pasca reformasi, bir pletok hanya menjadi bisnis rumahan. Diproduksi kecil-kecilan, dan skala bisnisnya tidak tumbuh besar seperti bisnis minuman  soft drink bermerek. Jangankan distribusinya, namanya saja hanya dikenal orang tertentu di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Nasib bir pletok, beda dengan minuman sejenis bermerek Elephant Ginger Beer (EGB) yang lahir di Sri Lanka sejak tahun 1896. Dibuat dari bahan dasar utama yang sama, yakni jahe, EGB diproduksi besar-besaran oleh Ceylon Cold Stores. Soft drink yang sangat popular di Sri Lanka ini menjadi market leader minuman bersoda di Sri Lanka.

Rasa minuman EGB ini nyaris tidak ada bedanya dengan bir pletok, manis, hangat dan sedikit pedas, tetapi distribusinya jauh berbeda. Bila bir pletok hanya bisa ditemukan di kawasan Jakarta dan sekitarnya, EGB bisa ditemukan di restoran-restoran dan rumah makan kelas menengah atas di Sri Lanka. Bahkan EGB sudah diekspor ke negara Asia, Eropa dan Amerika. Bayangkan.

EGB adalah produk lokal yang diproduksi secara fabrikan dengan kualitas ekspor. Bukan lagi kelas UKM. Untuk menghasilkan jahe sebagai bahan dasar EGB, Ceylon Cold Store bekerjasama dengan asosiasi petani jahe yang di dalamnya terdapat sekitar 250 petani di Hatharaliyaddha di distrik Kandy. Harga jahe dari petani dibeli dengan harga yang wajar, sehingga petani dan pengusaha sama-sama untung. 

Itulah salah satu rahasia mengapa EGB bisa maju. Coba bandingkan dengan produksi bir pletok yang masih sporadis dan lokal serta dibangun sebagai bisnis kelas rumahan. 

Karena itu meski rasanya sama, bahan dasarnya sama, dan usianya juga nyaris sama, nasib bir pletok beda dengan EGB. EGB lebih baik dari bir pletok.

Nasib....nasib.