Jika Anda ingin melakukan perubahan, ubahlah paradigma atau cara berpikir Anda. Steven Covey mengatakan, jika Anda ingin berubah total, ubahlah cara pandang Anda melihat dunia.
Begitu pula dalam penjualan. Bila selama ini Anda tidak puas atau tidak pernah mencapai target, Anda harus mengubah cara pandang Anda dalam penjualan.
Mengubah paradigma bukan hanya di level taktikal, tetapi juga dalam level mendasar atau strategis. Sehingga Anda lebih efektif, mampu mengontrol hidup, karir dan bisnis.
Berikut adalah beberapa ide paradigma baru dalam penjualan yang bisa menaikkan kinerja penjualan Anda.
Pertama, mulai berpikir dari “apa untungnya buat saya” menjadi “apa untungnya buat mereka.” Sudah menjadi dasar manusia mempunyai sifat egois. Semua manusia menginginkan porsi terbesar ada untuk dirinya. Semua orang akan bertindak atau melakukan tindakan sesuatu jika ada untungnya untuk dirinya. Semua orang termotivasi jika ada hasil yang bisa ia nikmati.
Kebanyakan penjual hanya berpikir jangka pendek yang mengutamakan tujuannya sendiri yakni tercapainya target penjualan. Sedangkan dalam hubungan jangka panjang dibutuhkan hubungan yang saling menguntungkan (win-win relationship). Pernahkan terpikir di benak Anda, apakah produk dan jasa yang Anda tawarkan memberikan manfaat maksimal bagi pelanggan?
Dengan sedikit membalik pola pikir dan menambahkan empati ke dalamnya, output yang dihasilkan menjadi berbeda. Penjual yang bisa menyeimbangkan tujuannya dan tujuan pelanggan akan mendapatkan keuntungan sekaligus relationship.
Kedua, tanamkan keyakinan bahwa pelanggan membeli manfaat, bukan produk. Seseorang membeli Mercedes karena ia membeli prestise dan gengsi yang diwakili oleh brand mobil tersebut. Mercedes merepresentasikan sukses.
Dalam pemasaran, kita menyebutnya sebagai emotional benefit. Selain membeli keamanan ataupun desain yang mewah atau sering disebut functional benefit, namun membeli mobil mewah dengan merek tertentu adalah karena pertimbangan manfaat emosional. Karena itu ketika menjual sebuah sedan Mercedes, tidak perlu bicara banyak aspek fungsionalnya, apalagi bicara mengenai kapasitas mesin dan horse power.
Untuk bisa menjual manfaat dibutuhkan strategi, apalagi jika sudah menyangkut menjual produk yang kandungan emotional benefit-nya tinggi. Untuk menjual produk tersebut tidak cukup jika hanya bermodal semangat berapi-api, tetapi strategi.
Begitu pula dalam penjualan. Bila selama ini Anda tidak puas atau tidak pernah mencapai target, Anda harus mengubah cara pandang Anda dalam penjualan.
Mengubah paradigma bukan hanya di level taktikal, tetapi juga dalam level mendasar atau strategis. Sehingga Anda lebih efektif, mampu mengontrol hidup, karir dan bisnis.
Berikut adalah beberapa ide paradigma baru dalam penjualan yang bisa menaikkan kinerja penjualan Anda.
Pertama, mulai berpikir dari “apa untungnya buat saya” menjadi “apa untungnya buat mereka.” Sudah menjadi dasar manusia mempunyai sifat egois. Semua manusia menginginkan porsi terbesar ada untuk dirinya. Semua orang akan bertindak atau melakukan tindakan sesuatu jika ada untungnya untuk dirinya. Semua orang termotivasi jika ada hasil yang bisa ia nikmati.
Kebanyakan penjual hanya berpikir jangka pendek yang mengutamakan tujuannya sendiri yakni tercapainya target penjualan. Sedangkan dalam hubungan jangka panjang dibutuhkan hubungan yang saling menguntungkan (win-win relationship). Pernahkan terpikir di benak Anda, apakah produk dan jasa yang Anda tawarkan memberikan manfaat maksimal bagi pelanggan?
Dengan sedikit membalik pola pikir dan menambahkan empati ke dalamnya, output yang dihasilkan menjadi berbeda. Penjual yang bisa menyeimbangkan tujuannya dan tujuan pelanggan akan mendapatkan keuntungan sekaligus relationship.
Kedua, tanamkan keyakinan bahwa pelanggan membeli manfaat, bukan produk. Seseorang membeli Mercedes karena ia membeli prestise dan gengsi yang diwakili oleh brand mobil tersebut. Mercedes merepresentasikan sukses.
Dalam pemasaran, kita menyebutnya sebagai emotional benefit. Selain membeli keamanan ataupun desain yang mewah atau sering disebut functional benefit, namun membeli mobil mewah dengan merek tertentu adalah karena pertimbangan manfaat emosional. Karena itu ketika menjual sebuah sedan Mercedes, tidak perlu bicara banyak aspek fungsionalnya, apalagi bicara mengenai kapasitas mesin dan horse power.
Untuk bisa menjual manfaat dibutuhkan strategi, apalagi jika sudah menyangkut menjual produk yang kandungan emotional benefit-nya tinggi. Untuk menjual produk tersebut tidak cukup jika hanya bermodal semangat berapi-api, tetapi strategi.
Sales Motivations
Tidak ada komentar:
Posting Komentar