Sabtu, 24 September 2011

Mengubah Alam menjadi Bisnis

Anda jenuh dengan rutinitas sehari-hari? Ingin mencoba aktivitas yang bikin adrenalin bergejolak? Cobalah berpetualang dengan Arung Jeram, Arus Liar. Arus Liar yang menyediakan program outbound tidak hanya memberikan petualangan arung jeram  tetapi juga trekking, hiking, paint ball, dan olahraga petualangan lainnya.

Aktivitas itulah yang disebut dengan layanan one stop shopping adventure dari PT. PT Lintas Jeram Nusantara yang lebih dikenal dengan sebutan Arus Liar. Di sana orang tidak hanya mendapatkan sensasi berarung jeram, tetapi memilih paket menarik sesuai minat dan kebutuhan. Aktivitas arung jeram menjadi pilihan utama tamu-tamu PT Lintas Jeram Nusantara.

Amalia Yunita  adalah orang yang menjadi motor dari perusahaan outbond yang dibangunnya bersama suami dan teman-temannya. Ketika membangun bisnis ini 14 tahun lalu, ia melihat adanya kebutuhan baik yang datang dari individu maupun institusi.

Bagi peserta, olahraga tersebut tidak hanya bisa menghilangkan kebosanan tetapi juga membuat tubuh kembali fresh untuk menghadapi rutinitas hari berikutnya.  Sementara bagi perusahaan, olahraga arung jeram bisa membentuk kekompakan tim.

Alam Begitu Menjanjikan
Olahraga arung jeram yang dirintis Amalia di Indonesia sudah ada sejak tahun 1992. Saat itu, bisnis ini dimulai dari hobby dan belum berbentuk perusahaan. Amalia yang merupakan pecinta alam sejak SMA dan berlanjut semasa kuliah memiliki hobby arung jeram dan ekspedisi. Ia melihat sejumlah sungai di Amerika dibisniskan sebagai lokasi arung jeram dengan segala perlengkapannya.

Untuk itu bersama suami ia mengajak tamu-tamunya yang 100% ekspatriat untuk melakukan aktivitas arung jeram di Indonesia yang memiliki lokasi tidak kalah menarik dengan sungai di luar negeri. Orang asing sudah lebih dulu mengenal olahraga ini di negara asalnya.

Ketika aktivitas ini begitu menjanjikan dari sisi komersial maka pada tahun 1995 Arus Liar berdiri sebagai sebuah badan usaha berbentuk Perusahaan Terbatas. Pada awal berdirinya olahraga ini hanya diminati oleh kaum ekspatriat. Orang Indonesia belum berani, karena mereka belum mengerti dan masih menganggap bahwa arung jeram termasuk aktivitas yang berbahaya. Hal itu terjadi karena kurangnya informasi tentang arung jeram.

Belakangan, setelah sosialisasi informasi yang baik tentang arung jeram, banyak orang Indonesia yang berani mencoba. Sekarang ini, jumlah tamu Arus Liar 80 persen orang Indonesia, sisanya ekspatriat. Peminat arun jeram sudah merambah ke berbagai kalangan.

Ketika ia membuka Arus Liar banyak teman-temannya sesama alumi Trisaksi menyangsikan kelangsungan hidup bisnis ini. Namun karena dikelola dengan baik, bisnis ini bisa menghasilkan dan menghidupi banyak orang, termasuk para penduduk lokal. Ketika dibuka, karyawan Arus Liar hanya 19 orang tetapi kini karyawannya sudah mencapai 150 orang.

Selain Sungai Citarik di Sukabumi, ia melihat masih banyak lokasi wisata di Indonesia yang belum tergarap dengan baik. Padahal Indonesia memiliki potensi alam yang indah, baik untuk aktivitas arung jeram maupun olahraga petualang lainnya.

Bisnis ini tidak terpengaruh krisis ekonomi karena  khalayak sasarannya adalah eksekutif muda yang ingin mencari suasana kehidupan baru di luar pekerjaan kantor. Mereka berani membayar mahal untuk sesuatu yang menghilangkan kejenuhan dan kebosanan dari rutinitas sehari-hari.

Bisnis ini masih menjanjikan. Selain sebagai gaya hidup, cukup banyak orang-orang berduit di perkotaan yang membutuhkan olahraga petualangan ini guna mengobati kejenuhan kehidupan kota. Atajudin Nur